Sabtu, 28 Desember 2013

CARA MENGIRIMKAN TULISAN KE RUBRIK GAGASAN KORAN JAWA POS

Alhamdulillah.., hadiah penghujung tahun yang indah setelah enam bulan saya enggak posting tulisan di blog.
Tulisan dengan judul "Saling Menguatkan di Komunitas" ini dimuat di rubrik Gagasan Koran Jawa Pos, Jum'at 27 Desember 2013. Saya mengirimkannya hari Selasa, 24 Desember 2013.

Rubrik Gagasan Jawa Pos berisi sebuah ide yang unik dilengkapi dengan solusinya ditulis sekitar 100-250 kata. Dikirim ke opini@jawapos.co.id dengan Subjek : GAGASAN : JUDUL TULISAN...

Di akhir tulisan cantumkan CV/Curiculum Vitae (data-data kita sebagai penulis). Jangan dalam file terpisah. Kebetulan saya kemarin mencantumkan data-data saya bukan dalam bentuk narasi.

Contoh CV/Data-data penulis yang harus dicantumkan untuk rubrik Gagasan Koran Jawa Pos:
Nama penulis:
Alamat lengkap:
No HP:
Alamat email:
NPWP:
No rekening atas nama sendiri:





Minggu, 14 Juli 2013

SERPIHAN TERAKHIR itu... akhirnya ketemu juga

(Terinspirasi dari Buku Puzzle Jodoh walau belum pernah baca bukunya)

Saat ku mencari dalam do’a-do’a panjang
Dalam sujud di atas sajadah yang terbentang 
Teriring bening mutiara yang mengalir 
Dan untaian hitungan tasbih yang bergulir 

Beberapa yang datang menghampiri 
Bukan untuk sekedar datang dan pergi 
Namun meminta untuk jadi belahan jiwanya 
Dicinta dan disayang atas nama Cinta-NYA 

Kurun waktu yang terasa tak sebentar 
Akhirnya tiba membuat hati bergetar 
Kau datang meminta dan meminang 
Menjadi bagian tulang rusukmu yang hilang. 

Ku harap kau serpihan yang terakhir 
Yang melengkapi perjalanan yang mengalir 
Cinta…selalu berharaplah yang terindah
Untuk perjalanan cinta kita. 

Aamiin 

Devy Nadya Aulina 
Kota Angin, 10 Februari 2013. 
(Tak terasa air mataku mengalir saat menuliskan puisi ini yang begitu saja tertuang dari tarian jemariku).

     Alhamdulillah, akhirnya setelah 'ngubek-ngubek' tulisan saya di komputer. Postingan yang hilang bisa saya posting ulang. Ini karena saya tidak pernah langsung posting tulisan langsung di blog. Saya biasa menulis dalam format word yang kemudian di salin di blog. Tulisan ini saya masih ingat benar, untuk mengikuti kuis Kamis-nya Mbak Nunu di IIDN. Walaupun enggak menang. He he..

Jumat, 29 Maret 2013

AKU DAN IBU-IBU DOYAN NULIS (IIDN)


    Beberapa bulan bergabung dengan grup IIDN yang keren ini, saya belum bisa aktif mengirimkan tulisan di wall grup. Apalagi kalau tulisan itu harus ditulis melalui blog. Tapi setiap hari saya aktif mengikuti aktifitas sahabat semua di grup ini. Banyak pengetahuan yang saya dapat dapat, terutama motivasi untuk selalu belajar dan ingin maju.
Saya baru bisa aktif mengikuti kelas-kelas yang dibimbing oleh sahabat-sahabat yang memang ahli di didangnya dengan sharing pengalaman melalui kolom komentar. Bersama Mbak Lita Alifah dengan kelas blog-nya walau dengan tertatih saya berusaha mengikutinya (masih acak-acakab blog saya Mbak Lita...), kelas EYD bersama Mbak Anna Farida yang saya lumayan aktif mengikuti kelas dengan grup CN-nya beberapa waktu lalu, Mbak Dewi Laily Purnamasari dengan sharing desain rumah impian (salah satu kelas favorit saya), Bunda Noor Ruly Abyz Wigati saya bisa sharing di kelas parenting, ngintip kelas kreatif-nya Neng Roza Rianita Nursetia, terkadang pula ngintip kelas masak, ikutan kelas kuis Mbak Nunu El-fasa, walaupun baru sekali-dua kali.
Pokoknya banyak deh...tak ketinggalan juga 'mantengin' status motivasi dari Teh Indari Mastuti dan curnyol-nya Neng Lygia Pecanduhujan yang membuat saya tergelak-gelak dalam hati....) hi hi...gimana gitu... baca status dan komentar-komentarnya yang membuat BT saya melayang).
Salah satu cita-cita yang ingin saya wujudkan ingin membuat buku (walaupun hanya satu, syukur-syukur lebih dari satu dan bisa bermanfaat bagi yang membacanya). Untuk itu saya harus tahu ilmunya dengan mendaftar untuk WP II. Saya tidak bisa mengikuti WP I karena waktu itu ada kegiatan yang tak memungkinkan saya mengikuti WP I.
Suatu saat, saya ingin sekali mecoba ikut lomba menulis yang mengharuskan menggunakan blog. Sementara ini saya belajar menulis dengan media yang ada dengan tetap termotivasi untuk bisa. Saya tidak mau kalah dengan yang muda-muda, yang semangatnya masih bergelora. Faktor usia untuk saya bukan halangan belajar sesuatu yang baru. Insya Allah walau dengan tertatih, saya yakin bisa menulis dengan media apa pun. Dengan bergaul dan berteman dengan teman-teman yang penuh semangat saya optimis BISA.


Move On And Move Up

Kalau saya ditanya, sejak kapan saya suka menulis? saya menjawab sejak SD kelas 2. Berawal dari menulis puisi, walaupun mulai mengirimkan pada media baru kelas 6 SD (1985-1986).

Juga ketika saya ditanya, kapan saya berbisnis? Saya akan menjawab sejak SD, tepatnya kelas 4 (1983-1984) dengan berjualan sticker (gambar tempel) atau barter dengan teman-teman.
Kelas 1 SMP ikut-ikutan berjualan puding buatan sendiri, walaupun sedikit yang laku dan dapat tantangan dari ibu saya yang melarang saya berjualan. Bila teman-teman menjual kue-kue buatan ibu mereka, saya karena selalu ingin mencoba berjualan jajanan buatan sendiri.

Aktifitas menulis puisi dan dikirim ke media terhenti pada 1992, ketika saya lulus SMA. Tetapi saya menulis untuk diri saya sendiri. Sayangnya banyak yang tidak terdokumentasikan.

Berjualan saya mulai lagi ketika kuliah, menerima pesanan tas rajut dan chese cake, black forest dari karyawan kampus, tetangga dan family. Membuat penganan yang saya titipkan di kantin kampus.

Terhenti karena menikah dan mengandung anak pertama, berbisnis dan menulis saya mulai lagi ketika putri sulung saya berusia 2 tahun (2003). Saya mengikuti lomba menulis resep yang Alhamdulilah 2 kali mengikuti semua menang dan dapat hadiah produk yang untuk ukuran saya lumayan mahal ketika itu.
Untuk berbisnis pun putri saya, saya ajak naik turun bis dari Nganjuk-Kediri. Ketika pulang putri saya dalam gendongan di tangan kiri dan kresek besar dalam tentengan tangan kanan.

Suka dan duka, tentu saja mewarnai perjalanan saya menulis dan berbisnis. Menulis sempat terhenti lama karena saya hanya bermodal alam (tulisan tangan). Ketiadaan fasilitas membuat saya merasa tertinggal jauh dan gaptek. Tapi apakah saya harus menyerah karena keadaan? Tidak! Tidak ada kata terlambat untuk belajar dan ingin maju.
Bahkan Allah SWT menjanjikan derajat yang lebih tinggi pada hamba-NYA yang bergerak menimba ilmu.

Pun ketika saya harus menghadapi cibiran dan tatapan sebelah mata.
"Mbak, koq suaminya PNS mau jualan keliling?"

Lho... kalau istri PNS apa tidak boleh jadi sales (berjualan keliling) ? Duka lainnya, pernah jualan saya jatuh di jalan, dan ketika saya kembali barang itu sudah tidak ada. Menangis? Jangan ditanya lagi. Dengan menangis membuat saya lebih lega. Bagaimana tidak menangis, uang modal untuk berjualan itu saya dapat meminjam. Belum untung, malah rugi dua kali karena barang hilang.

Apakah kerugian, jatuh berkali-kali membuat saya berhenti?
Sekali lagi saya katakan tidak! Bila saya berhenti, tentu saja ada yang senang. Tapi saya tidak akan berhenti untuk pekerjaan yang saya suka dan saya cinta serta merintisnya dengan susah payah.

Di balik kesulitan pasti ada kemudahan. Janji-NYA pasti. Silaturrahiim menjadi kekuatan saya dalam mengembangkan bisnis. Walaupun masih dilakukan off line, saya senang karena hubungan yang terjaga selama 10 tahun, 5 tahun tetap terjaga.

Ada yang datang dan pergi.
Patah tumbuh hilang berganti.
Mati satu tumbuh seribu.
Lakukan dengan cinta menjadi semangat untuk terus maju.

Kota Angin, 25 Maret 2013.
Devy Nadya Aulina

Kamis, 28 Maret 2013

Semangat lagi... nulis lagi...


  Setelah satu bulan tidak menulis di blog (masih trauma karena 2 postingan yang hilang itu) ditambah tampilan blog yang belum rapi, saya berpikir kalau begini terus kapan saya konsisten dengan cita-cita saya untuk menjadi seorang penulis?
Blog memang salah satu media untuk kita menuangkan buah pikiran, baik berupa curahan hati, cerita keseharian aktifitas kita, atau apapun yang ingin kita tuliskan. Walaupun ini media baru untuk saya menulis selain media kertas, telepon geggam dan arsip tulisan di Ms Word. Saya tetap harus semangat mencoba terus, dengan terus up date tulisan supaya ide yang berhamburan bisa tertuangkan dan terdokumentasikan.
Kadang saya ’iri’ juga melihat tampilan blog teman-teman yang sudah rapi dan sering mengikuti kontes blog. Hemm... saya kapan ya bisa begitu? Tapi saya melihat teman-teman yang rajin mengikuti kontes, mereka yang sudah lama jadi blogger. Pantas saja mereka bisa menang, karena tertempa pengalaman dan memang tulisan mereka layak untuk menang. Ini yang saya dapatkan ketika blog walking. Beruntung saya termasuk rajin blog walking (walaupun sering tidak bisa meninggalkan jejak), banyak ilmu yang saya dapatkan dari membaca postingan teman-teman blogger.
Satu bulan tidak menulis, tentu saja banyak ’rapelan tulisan’.  Biasanya saya tuliskan di buku agenda, telepon genggam seperti kebiasaan saya selama ini. Untuk tampilan blog, belakangan saja deh. Daripada pusing memikirkan tampilan blog yang masih sangat sederhana, nanti malah tidak jadi terus menulisnya.
Semangat lagi... nulis lagi. Yuuuuk...

Kamis, 28 Februari 2013

TIGA POSTINGAN FEBRUARI HILANG


  Masih saya ingat ketika saya membuat postingan pertama tanggal 7 Januari 2013. Dengan tampilan blog yang masih sangat sederhana saya mengikuti kelas blog on line walaupun masih gaptek
Selasa malam, 26 Februari 2013 saya mengikuti kelas on line di grup KEB dengan mentor Mak Shinta Ries. Walaupun jaringan lemot dan mata sudah 5 watt karena lelah beraktifitas seharian, saya sudah manteng di depan komputer jadul pukul 19.00 wib. PR membuat sample blog dengan simple tamplete sudah saya kerjakan seminggu sebelumnya. Postingan itu berjudul HATI, tulisan lama di catatan face book, saya buat untuk postingan pertama.
Ketika kelas mulai ternyata Mak mentor menugaskan membuat 2 postingan dengan diselipkam gambar. Walaupun coba-coba saya ambil gambar hati dari foto profil akun face book saya sendiri. Ealaaah...koq yang muncul malah rumus-rumus. Heu heuuu.... saya heboh sendiri. Suami yang sedang mengajari putri saya matematika saya mintakan tolong. Karena suami memang yang saya minta bantuan membuatkan blog, saya suruh lihat hasilnya. Diutak-atik, tetap nggak bisa, saya biarkan dan saya tinggal tidur setelah saya logout.
Kemarin pagi ketika saya cek blog saya....tralaaaa...postingan blog saya koq cuma ada empat? Seharusnya ada tujuh, empat postingan bulan Januari dan tiga postingan bulan Februari. Hiks...hiiiiks...3 postingan bulan Februari hilang. Lalu saya lihat My Sample Blog dengan judul postingan HATI juga menghilang. Kemana… kemana… kemana…lhaaa jadi nyanyi. Tulisanku larinya kemanaaa…?
Tadi pagi setelah menyiapkan anak-anak untuk berangkat sekolah, saya tegok Google+ milik saya, karena biasanya postingan blogspot langsung nyambung ke G+. Huuuhuuuy...ternyata 3 postingan bulan Februari masih ada. ASA, posting tanggal 10 Februari 2013. GAYA HIDUP 2013: MEDITASI ALA AJIE SILARUS, posting tanggal 16 Februari 2013. Postingan ini saya ikutkan dalam Personal Branding Award dari Indscript Creative. Walaupun belum diverivikasi karena persyaratannya masih banyak yang kurang kali ya. Maklum masih belajar. Dan terakhir postingan berjudul Serpihan Terakhir, yang saya posting tanggal 21 Februari 2013.
Tapiiiiii…ketika saya klick… laman yang Anda cari tidak tersedia, begitu yang tertulis. Duuuh tulisanku kemana perginya kamu? Batin saya.
Heu heu heu…bisa nggak ya tulisan saya kembali lagi. Walaupun hanya tulisan sederhana untuk saya cukup berarti (untuk kenang-kenangan). Atau mungkin karena saya saya saja yang belum mengerti dunia blog, jadi saya salah klak-klik. Tapi rasanya nggak dech, saya masih takut-takut untuk nge-klick sembarangan. Ya karena itu tadi, takut tulisan saya hilang. Sekarang malah terjadi. Rasanya saya juga nggak delete 3 postingan itu.
Semoga ada sahabat-sahabat yang baik hati membaca tulisan saya ini dan membantu masalah saya ini. Terima kasih yaaaa.
Kota Angin, 28 Februari 2013.

Rabu, 13 Februari 2013

GAYA HIDUP 2013 : MEDITASI ALA ADJI SILARUS

http://www.indscriptcreative.com/klien/personal-branding-agency/adjie-silarus/gaya-hidup-2013-meditasi/
Press Release AS/I-01/11-Feb/2013


 

      Jika Anda bertanya apakah arti dari “meditasi”, maka Anda akan menemukan banyak definisi yang dapat menggambarkannya. Secara fisik, meditasi mungkin terlihat seperti aktivitas duduk bersila, memejamkan mata, lalu mengatur pernafasan dan pikiran agar batin lebih tenang. Bagi sebagian masyarakat, meditasi menjadi bagian dari ritual kultural yang dikaitkan dengan agama tertentu.

     Namun sesungguhnya, meditasi bisa dilakukan oleh setiap orang tanpa mengaitkannya dengan apapun. Meditasi telah menjadi aktifitas rutin yang kian populer di berbagai kalangan. Bahkan kini menjadi bagian dari gaya hidup.

     Meditasi kini bisa disebut sebagai gaya hidup, karena tanpa disadari, meditasi semakin digemari sebagai salah satu cara “mengusir stres”. Meditasi menjadi sebuah prestise sekaligus nilai yang membawa kita pada kesadaran untuk mengenali siapa sesungguhnya diri kita, bagaimana cara pikiran kita bekerja, serta kesadaran mengenai hidup yang sesungguhnya.

     Jon Kabat-Zinn, Profesor dari MIT (Massachussetts Institute of Technology) yang juga pakar meditasi, mengatakan, “Wherever You Go, There You Are“. Meditasi akan membimbing Anda menuju jalan terbaik yang harus dituju dan memberikan pengaruh positif pada keadaan di masa yang akan datang. Tidak peduli bagaimana masa lalu Anda, seberapa terluka hati Anda, dan sekuat apa masalah dalam hidup Anda, meditasi membuat Anda begitu percaya bahwa masa depan Anda akan berkilau seperti sebuah berlian. Kehidupan yang terus berkembang, berbagai persoalan dan pencapaian, tidak akan memberikan pengaruh besar pada sikap kita. Meditasi membantu si sukses untuk tetap memandang ke bawah dan si gagal untuk tetap tegap melangkah.

     Secara praktis, meditasi adalah proses untuk mengendalikan arus pikiran kita. Benak manusia yang selalu aktif memikirkan banyak hal, rencana, atau ambisi dalam hidup kerapkali membuat kita merasa selalu sibuk, terburu-buru, dan tertekan. Meditasi membantu kita untuk berpikir dan bertindak lebih tenang.

     Ketenangan itu dapat dicapai dengan melakukan teknik pernapasan. Ya, bernapas. Aktifitas yang kadang tak kita sadari, ternyata memberi pengaruh besar dalam kinerja otak. Saat kita berfokus dalam aktivitas bernapas, akan ada koneksi kuat antara tubuh dan pikiran kita. Dengan bernapas teratur, lembut, dan perlahan, maka kita juga tengah menenangkan tubuh dan pikiran. Gelombang otak pada saat meditasi (kondisi Delta) akan terlihat jauh lebih tenang dibanding dengan kondisi ketika raga terbangun (kondisi Beta).

     Meditasi kini tak bisa lagi dipandang sebagai kegiatan yang aneh atau ritus abnormal, seperti yang banyak diduga orang berhubungan dengan hal seperti: berkomunikasi dengan makhluk halus, atau “berpindah” ke alam lain. Meditasi bukanlah aktifitas paranormal, namun berkaitan dengan menenangkan pikiran dan kesadaran kita. Saat meditasi, bukan berarti pikiran Anda melayang jauh. Sebaliknya, pikiran Anda amat sadar, hanya saja lebih tenang, berdiam, dan fokus pada momen Anda saat itu.

     Meditasi bukanlah sekadar aktivitas satu jam bersila yang diagendakan setiap hari di jam yang sama. Meditasi bisa disisipkan dalam apapun aktivitas Anda, asal dilakukan dengan fokus dan sadar. Jika Anda makan, lakukanlah dengan kesadaran bahwa Anda sedang makan, maka makanan Anda akan terasa benar-benar enak. Jika berjalan, sadarlah bahwa Anda sedang berjalan dan fokuslah pada tujuan jalan Anda. Prinsipnya, ketika pikiran Anda tenang dan fokus, Anda akan lebih mudah menikmati hidup dan apapun yang terjadi di dalamnya.

     Meditasi sebagai gaya hidup itulah yang sudah dilakukan oleh seorang Adjie Silarus. Masa lalunya yang pernah membuat Adjie mengalami stres berat hingga kesehatan fisiknya melemah, ternyata tidak mampu membuat Adjie kalah. Adjie bangkit dan terus menguat. Dia mencapai titik puncak ketika menggunakan meditasi sebagai TERAPI dan menjadikannya sebuah gaya hidup sehat. Kini, Adjie Silarus semakin prima sebagai meditator yang mencapai kondisi delta.

     Artikel mengenai Meditasi yang dijalankan oleh Adjie Silarus ini pertama kali direlease oleh"Indscript Creative" yang mengangkat tentang "Personal Branding Agency". Bertujuan untuk membangun dan mengangkat nama atau karakter seseorang sehingga menjadi lebih dikenal, layaknya sebuah merek.

     Mari kita mulai mengikuti langkah Adjie Silarus, dengan menjadikan meditasi sebagai bagian dari gaya hidup. Katupkan mata, atur pernapasan, dan Anda akan mendapat kendali penuh atas diri dan hidup Anda. Selamat bermeditasi!

Tulisan ini diikut sertakan dalam Personal Branding (PB) Award yang diadakan oleh Indscript Creative.

Kamis, 31 Januari 2013

SELARIK KISAH

Ingin selalu mencoba dan belajar sesuatu yang baru.
Tapi tetap harus fokus dengan yang benar-benar diminati.
Mulai berfikir apa yang harus ditinggalkan dengan
menjalani yang sudah terlihat menghasilkan.

Koq berat ya meninggalkannya.
Karena sudah menekuni bertahun-tahun dan mencintainya.
Dari situ mengenal banyak karakter orang, punya kenalan
dan sahabat baru.
Merasakan bagaimana dibutuhkan, dirindukan kehadiran karena
lama tidak muncul.
Sampai merasakan ditelikung orang yang pernah merayu untuk dibantu.

Menikmati segala romantikanya.
Bukan nilai dari harga yang bisa ditukar dengan sesuatu.
Namun kisah di balik semua itu, bagaimana memulai, bagaimana indahnya
diberi kepercayaan, bagaimana indahnya menjalin persaudaraan.
Aaaah...semuanya indah.

Tak terasa semua dijalani dengan suka, cinta diiringi sepihan-serpihan duka
yang menjadi indahnya suatu cerita.

Selasa, 15 Januari 2013

TERUSLAH MENULIS


 Anak-anak begitu cepat belajar. Bagai mengukir di atas batu. Dua tiga kali latihan hadrah komposisi pukulan tangan pada rebana terdengar harmonis. Saya mendengarkan
dari kamar saya yang kebetulan bersebelahan dengan masjid.
Jadi ingat kami ibu-ibu yang bergabung dalam organisasi istri pegawai, setahun lalu latihan dua kali selama sebulan tidak jadi-jadi karena begitu sulitnya mengumpulkan orang dan penabuh inti sering berganti. Belajar semasa dewasa bagai mengukir di atas air. Sulit, tapi bukan berarti tidak bisa. Yang diperlukan adalah ketekunan, kedisiplinan dan mau terus belajar dan mencoba.
Demikian juga dalam dunia tulis menulis. Menulis adalah dunia lama saya sejak usia 8-9 tahun. Saya masih ingat walau tidak terdokumentasikan, puisi saya berjudul "Sapu Tangan Dari Netherland" dan cerpen pertama saya "Sepedaku" mendapat pujian ibu guru pada saat pelajaran bahasa Indonesia. Sebelumnya dalam perjalanan pelajaran mengarang, saya masih memakai kata-kata asing seperti Oom, Tante, Mama dan Papa untuk menyebut paman, bibi, ibu dan ayah, karena itulah panggilan saya pada beliau. Rupanya hal ini dikritik oleh ibu guru, dan membuat saya belajar dari situ hingga membuat saya mengarang dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Hingga menghasilkan karangan berjudul ”Sepedaku” tadi pada pelajaran bahasa Indonesia.
Tapi sejauh itu saya belum pernah mengirimkannya pada media.
Bertahun-tahun puisi-puisi saya banyak menghiasi buku kenangan teman-teman. Puisi...menulis dan membacanya adalah dunia lama saya. Mulai berani mengirimkan puisi-puisi saya ketika kelas 6 SD, ketika membaca majalah Sahabat Pena. Saya orangnya serba ingin tahu dan belajar hal-hal yang baru, bertemu pengasuh rubrik sastra pada majalah tersebut di Museum Pos dan Giro Bandung. Padanya saya mengatakan saya senang menulis puisi, yang diminta oleh beliau mengirimkan di majalah yang diasuhnya.
Empat puisi tulisan tangan saya serahkan pada beliau. Dan saya melupakannya. Hingga suatu saat, saya masih ingat ada 4 lembar surat dari orang-orang yang tidak saya kenal tergeletak di meja ruang tamu. Ketika saya membaca surat-surat itu, dari situ saya tahu 4 puisi pertama yang saya kirim ke media dimuat semua. Terkejut, senang dan bingung.
Keesokan harinya ada beberapa surat lagi. Kebingungan saya, karena surat-surat itu mengharap balasan dan foto. Sementara uang saku pada saat itu tidak cukup untuk membeli perangko. Sampai SMA yang sekarang berganti nama menjadi SMU, saya menulis puisi dan selalu mengirimkan pada majalah Sahabat Pena dan sering dimuat. Hingga terhenti cukup lama...10 tahun saya tidak pernah mengirimkan pada media.
Puisi dengan semua kesederhanaan kata dan gaya bahasanya adalah dunia saya. Saya terus menulis hanya dengan tulisan tangan. Hingga kemudahan teknologi muncul, saya mencoba mengirim 2 resep masakan tahun 2003 pada alamat email direct selling yang bisnisnya menjadi selingan saya dalam aktifitas sebagai ibu rumah tangga. Saya waktu itu ikut mengetik dari kantor suami dan mnemaninya kerja lembur.
Dua resep masakan yang saya kirimkan walaupun tidak mendapat hadiah uang, saya mendapat hadiah 2 produk yang tidak dijual dalam katalog, yang untuk ukuran saya waktu itu termasuk sangat mahal. Senang tentu saja.

MENULIS DAN MENULIS SERTA FENOMENA FACE BOOK
Ternyata kecanggihan teknologi ini yang walaupun saya termasuk terlambat mengenalnya, saya dapat bertemu sahabat-sahabat lama saya, semasa sekolah dasar sampai kuliah. Kewajiban sebagai ibu rumah tangga mengharuskan saya mengikuti suami, membuat saya terpisah dengan masa lalu saya (teman dan saudara) di kota kembang. Yang membuat terharu saya bertemu seorang sahabat SD (Ratih Melia) dan sahabat SMP-SMA (Vera Ovelina Nd) yang meminta saya menuliskan kisah saya hingga terdampar di kota angin ini (ceileeee...terdampar begitu katanya). Dan Vera masih ingat sekali kalau saya suka menulis. Miss you so much Ver. Juga bertemu kembali dengan dua sahabat pena yang saya kenal sejak 1987 dan 1988, Kak Herna Suherna (Sukabumi-Jawa Barat), Kak Lita Nanda (Sumatera Selatan), Mas Hary Agiyanto (Blitar-jawa Timur), dan Kak Nur Laily (Sigli-Aceh). Mereka meminta pertemanan dengan saya karena dalam akun saya itu saya menggunakan nama asli saya yang mereka kenal.
Masih banyak kenangan indah yang terekam dalam memori yang ingin saya tuliskan lagi. Sementara semangat menulis saya saat ini begitu menggebu dan hanya bisa menulis sambil berbaring, tulisan ini kembali seperti dulu. Bila saat ide datang begitu tiba-tiba 3-2 tahun lalu hanya bisa mengetik bersambung terbatas 160 karakter, sekarang bisa agak lebih panjang dengan 520 karakter (walau masih terus bersambung di komentar). Tak ada alasan untuk tidak menulis. Motivasi itu yang selalu menguatkan saya untuk terus menulis. Walaupun ada yang tidak suka karena tulisan ini terlalu panjang di face book, setidaknya bisa berbagi dan dipetik hikmahnya bila bermanfaat.
Catatan: Tulisan ini hasil suntingan dari status saya di face book pada, Minggu 13 Januari 2013.

Selasa, 08 Januari 2013

DEAD LINE


Sudah 15 menit Rahma duduk di depan layar monitor. Tapi belum satu pun kata yang diketiknya. Sementara dead line lomba kepenulisan tinggal beberapa hari lagi. Lima ratus ribu...cukup banyak bagi Rahma. Aku harus memenangi lomba itu, aku ingin eksis kembali menulis. Tapi dari tadi mengapa tak satu kata pun yang bisa dirangkainya menjadi kalimat. Sudah lebih dari 10 tahun Rahma tak menekuni hobinya: menulis. Sementara hadiah lomba kepenulisan itu begitu menggodanya.
Bayangkan tema kepenulisan itu tentang mengupas memori indahnya cinta masa SMP dan SMA. Sementara dia tak pernah merasakan hal itu. Apa aku harus menuliskan apa yang tidak dialaminya. Pikiran itu terus berkecamuk dalam hatinya. Lama-lama dia jutek dan BT juga. Akhirnya diketik kata demi kata yang ingin dia sampaikan.
Akhirnya lewat tengah malam jadilah 5 halaman kata-kata yang dirangkainya menjadi beberapa paragraf. Huuuuft...ada lagi satu yang kurang, karangan ini harus dikirimkan melalui blog pribadi. Aku tidak punya, batinnya. Sementara matanya sudah tak kuat menahan kantuk. Hadiah lima ratus ribu rupiah itu masih terus menari di pelupuk matanya.
***
Aku tersenyum geli ketika membaca tulisan lama yang bertanggal 31 Mei 2011, yang aku tulis di catatan jejaring sosial pertamaku yang ditulis dari telepon genggam. Masih teringat ketika mengetik tulisan itu dengan terbatas 160 karakter, tak mengurangi semangat menuliskan ide yang ada di kepala. Keburu lari itu, batinku. Maka kugerakkan tarian jemariku di atas tombol-tombol telepon genggamku. Duuuuh...bagaimana ini tulisanku belum selesai. Tak hilang akal aku meneruskannya di komentar. Aaaah leganya, selesai juga. Ada beberapa sahabat yang menitipkan jempol manisnya di tulisanku itu. 
Aku terjaga di sepertiga malam seperti biasa. Masya Allah...tangan kananku ternyata masih menggenggam telepon genggam kesayanganku dalam kondisi masih tersambung on line. Begitu menggebunya keinginan untuk mengikuti lomba menulis saat itu sampai terbawa tidur.
***
Deadline itu semakin dekat sementara beberapa persyaratan lain belum dapat aku penuhi. 
"Kan nggak harus ikut lomba itu Neng, kamu bisa menulis yang ringan-ringan dulu sambil latihan." di tengah lelah orang tersayangku masih mau mendengar rajukanku.
Aku jadi teringat niat awalku menulis, menebar manfaat dan kebaikan melalui kesederhanaan tulisan-tulisanku. Adapun kemudahan berupa hadiah dan penghargaan itu akan mengiringi seiring semakin meningkatnya orang-orang membaca kualitas dari tulisanku..
Dan...jemarikku kembali menari, menarikan indahnya puisi dan menyanyikan suara hati.



Yang Pertama: Ketika Jemariku Kembali Menari

Alhamdulillah, akhirnya blog-ku selesai juga. terima kasih Sayangku (Eko Cahyono), sudah membimbingku dan kita belajar sama-sama membuat blog. *_*

Ketika Jemariku Kembali Menari



Ketika jemariku kembali menari,
biarlah dia menarikan tentang hujan.
Yang rintiknya menyejukkan bumi yang gersang.
Atau meluruhkan amarah, rindu dan dendam.

Ketika jemariku kembali menari.
Biarlah jemari lentikku menarikan tentang nurani.
yang kelembutannya sampai ke dasar hati.

Ketika jemariku kembali menari,
biarlah gemulainya menarikan rindu.
Yang kan hilang seiring berlalunya waktu.
Ataupun terus melekat bila tlah bertemu.

Ketika jemariku kembali menari.
Biarlah dia terus menuliskan indahnya puisi.
Menuliskan betapa agungnya Cinta ILLAHI.

Dan...kan kubiarkan jemariku kembali menari.
Menggerakkan harmoni, bernyanyi
dan menarikan suara hati.

Devy Nadya Aulina
Kota Angin
Minggu, 15 April 2012.