Selasa, 21 Oktober 2014

ASYIKNYA KURIKULUM 2013

Yaa Allah... kurikulum 2013 yang begitu berat, membuat putri sulungku menangis.

"Koq angel men to Yah..."

Pelajaran kimia sudah diberikan untuk kelas VII. Dulu diberikan saat saya duduk di bangku kelas 1 SMA.
Herannya nilai UTS-nya bagus semua. Anak-anak kami tidak ada yang les. untuk matematika dan IPA, ayahnya yang membimbing. Untuk pelajaran bahasa Indonesia, IPS dan agama bagian Bunda.

Jangankan untuk pelajaran tingkat SMP, untuk anak SD pun termasuk berat. Kalau orang tua tidak turut mendampingi anak belajar, saya tidak tahu jadinya seperti apa.

Jauh berbeda dengan kurikulum zaman saya SD, tahun 1980-1986, kurikulum disesuaikan dengan penalaran anak dan usia. Tidak heran, saya dan banyak teman-teman seusia bisa belajar sendiri dengan hasil yang baik. Waktu untuk bermain pun masih banyak.

Lain lagi pengalaman dari Utami Panca Dewi, penulis dan seorang guru SMP. Berikut ulasannya ketika saya membahasnya di status FB, Senin malam, 20 Oktober 2014.

"Aku mengajar kelas 7 Mbak, dan waktu mengajarkan kimia (asam, basa, garam), anak-anak tak ajak bermain-main dengan bahan-bahan yang ada di dapur Mama. Justru mereka sangat antusias, baik yang percobaan dengan lakmus maupun yang dengan indikator buatan sendiri, Intinya dari K-13 itu sebetulnya biar anak menemukan konsep sendiri kok Mbak. Jadi guru hanya menggiring siswa untuk mengamati lingkungan, menemukan permasalahan, mengumpulkan data untuk memecahkan permasalahan, mengolah data, menyimpulkan sendiri, dan mengomunikasikan dengan teman satu kelas dalam suatu diskusi. Tugas guru hanya menguatkan kesimpulan mereka. Namun tugas guru saat penilaian juga berat, karena setiap anak tidak hanya dinilai kognitifnya, tapi juga attitud (sikap) dan psikomotornya (ketrampilannya)."

Mbak Ade Mumun Maemunah yang akrab disapa Adhe Mae, menimpali Mbak Utami,

"Semua kembali pada cara guru menyampaikannya, kalo seperti yang dilakukan mba Utami Panca Dewi, saya rasa tidak akan membebani anak2, seperti saya di PAUD pelajaran kimia/sains dikemas dalam permainan dan tidak perlu dijelaskan secara detil, dengan bahasa dan kemampuan bahasa anak2 saja, disesuaikan dengan usia anak."

Sementara penulis senior Nurhayati Pujiastuti yang rajin membimbing kedua anaknya belajar, belum merasakannya. Putra sulungnya sejauh ini belum mengeluh soal pelajaran itu. Menurut Nur, mungkin faktor guru yang menyampaikannya.

Yang membuat berat, guru yang mengajar belum siap semua. Alhamdulillah, suami dulu selalu juara kelas sejak SD hingga kuliah. Untuk matematika dan statistika menjadi andalan di kantornya. Juga pernah mengajar matematika. Jadi anak-anak dibimbing ayahnya. Intan, putri sulung saya pernah mengatakan, 'Bunda dan Ayah lebih pintar dari gurunya'. He he...

Saya sering diskusi dengan guru Reza waktu kelas satu, tahun ajaran yang lalu. Guru-guru hanya mengikuti sistem yang berlaku. Entahlah, pemerintahan yang baru sudah terbentuk. Apakah sistem pendidikan dan kurikulum akan berubah lagi? Menurut Aliyah Naura, dari wacana hasil rapat, kurikulum 2013 akan segera digantikan dengan kurikulum 2014.

Malah diskusi kami semalam semakin hangat. Kami beernostalgia bagaimana asyiknya kurikulum ketika kami SD dan SMP dulu. Buku-buku pelajaran masih bisa dipakai adik-adik, bahkan famili yang lain. Waktu bermain setelah pulang sekolah dan sore hari pun masih banyak. Menyenangkan.

Berbeda dengan saat ini. Anak-anak dijejali mata pelajaran yang kadang guru pun belum menguasai. Miris.

Saya sebagai orang tua hanya dapat menilai sebetulnya pemerintah, dalam hal ini ini Diknas belum siap dengan kurikulum 2013. Terbukti sampai bulan Agustus 2014 buku paket belum dibagikan di sekolah. Hingga Si Sulung harus membeli lagi. Lain halnya Si Bungsu yang duduk di kelas 2 SD, buku pelajaran saat itu belum ada di toko buku. Akhirnya kami harus print out materi dari internet. Alhamdulillah, komputer kami dilengkapi jaringan internet dan printer. Bagaimana dengan mereka yang orang tuanya masih gaptek atau yang tinggal di pelosok? Mereka jauh dari akses internet, karena taraf kehidupan mereka pun rendah (maaf, miskin).

Anak-anakku, sabar ya...

Senin, 13 Oktober 2014

Tanaman Sebagai Cenderamata

Pada bulan Dzulhijah seperti saat ini, undangan resepsi pernikahan biasanya sangat banyak. Bahkan dalam satu hari kami bisa menerima beberapa undangan. Kalau waktunya bersamaan apalagi tempatnya berjauhan, dipastikan kami hanya menitip 'buwuhan'. Istilah lokal untuk menyebut tanda kasih sayang pada pihak pengundang.

Sudah biasa juga kalau di Nganjuk, bila undangan pulang diberi satu kotak kue. Jarang ada yang memberi cenderamata berupa hiasan.
Tapi kemarin, saat saya diajak suami menghadiri undangan resepsi/walimahan pernikahan relasi kerjanya, saya suka sekali. Saat masuk dan menyalami pagar ayu, di meja tamu tersedia sovenir beberapa pot tanaman hias.
Waaah... ini untuk saya surprise sekali.

Saya melirik, cenderamata itu banyak berupa tanaman puring dengan beberapa jenis. Hemmm... kalau boleh dikasih sepuluh, enggak bakalan nolak deh.

Saat hendak pulang, saya tersenyum pada pagar ayu. Dia pun menyapa, "Ada titipan, Bu?"

"Oh enggak ada, Mbak. Apa bisa dapat dua?"

Dia tersenyum dan menyerahkan tas kertas berisi satu pot puring keriting.

Saya bertanya, "Yang itu tanaman apa, Mbak?

"Maaf, Bu. Saya kurang tahu tentang tanaman. Apa mau ditukar?" Pagar Ayu itu balik bertanya.

Reza yang ikut bersama kami melirik dan berkata, "Bunda, aku ingin yang ini."


Seraya menunjuk pot berisi tanaman hijau. Walaupun tak tahu nama tanaman itu, tapi saya tahu tanaman itu berbunga putih.

Akhirnya puring keriting berganti tanaman berdaun hijau kecil-kecil.Kami pun pulang.
Seandainya setiap cenderamata memberikan satu pot tanaman, akan tampak sedikit hijau pekarangan.

"Kan enggak setiap orang suka tanaman seperti kamu, Neng," kata suami.

Kami pun pulang dengan membawa tanaman hias yang belum saya punya. Kembali menembus siang yang panas menyengat.

#MenulisDariHP


Kamis, 09 Oktober 2014

MEMBUAT KORNET DAGING SAPI SENDIRI

Kornet Daging Sapi:

Saya dapat resep ini dari Mama tersayang. Boleh dicoba.

Bahan:
* 1 kg daging sapi yang bagus
* 1 sdm sendawa (Kalium Nitrat atau KNO3). Bisa beli di apotik
* Blue Band untuk menumis


Cara Membuat:
1. Daging sapi utuh tanpa dicuci ditusuk-tusuk dengan garpu. Atau bisa menggunakan alat untuk menusuk-nusuk daging.
Secukupnya saja, jangan terlalu lama.
2. Lumuri daging dengan sendawa yang sudah halus, sampai merata. Masukkan dalam wadah/panci tertutup. Diamkan satu malam. Bisa dalam lemari es (bukan freezer) atau suhu ruang.
3. Keesokan harinya, keluarkan daging dan cuci sampai bersih dan tidak ada darahnya. Tiriskan.
4. Tumis bumbu dengan blue band sampai 3/4 matang.
5. Masukkan daging, beri air secukupnya. Rebus sampai matang dan empuk.
6. Bubuhi vetsin, merica bubuk. Tidak perlu diberi garam, karena sendawa sudah mengandung garam.

Bumbu kornet:
* 1 buah cabe merah, buang bijinya dan iris halus.
* Tomat buah yang matang 4 buah, iris jangan terlalu halus
* Bawang merah 1 ons atau bawang bombay 2 buah ukuran sedang.
* Merica bubuk
* Penyedap (bisa tidak pakai)

Hidangkan kornet setelah dipotong sesuai selera.

 
 

Agar Pohon Mangga Berbunga dan Berbuah Lebat


Cara menguliti batang pohon mangga agar merangsang pembungaan. Bukan mitos, tapi sudah terbukti.

Jangan lupa kurangi daun dan ranting yang tua.

Bisa diterapkan pada pohon buah-buahan yang lain.


Minggu, 05 Oktober 2014

Resep Olahan Daging Kambing & Sapi Ala Mama

OLAHAN DAGING KAMBING

Sate Kambing
1. Potong-potong daging kambing, jangan dicuci. Lumuri parutan nanas sedikit saja.
2. Bumbu:
    Haluskan bawang merah, bawang putih, asam jawa, gula merah. Aduk daging yang sudah dilumuri parutan nanas tadi hingga kalis.
3. Biarkan sebentar, lalu tusuk dengan tusukkan sate.
4. Bakar di atas bara api dari arang sampai matang.
5. Sajikan sate dengan saus Sambal Pecel "Mbak Vy" rasa pedas manis atau tidak pedas.

Saus Sate:
Sambal Pecel "Mbak Vy" larutkan dengan air dengan kekentalan yang diinginkan. Tambahkan irisan bawang merah, perasan jeruk limau dan kecap manis.



Gule Kambing:
1. Daging kambing jangan dicuci. Potog-potong, lumuri dengan seiris buah timun atau nanas dan perasan air jeruk nipis. Diamkan sebentar.
2. Didihkan air dalam panci. Masukkan daging kambing masak sampai setengah matang.
3. Ketika air dalam panci kotor, ambil dagingnya. Buang airnya. Didihkan air yang baru.
4. Tumis bumbu gulai sampai harum. Masukkan serai, daun salam, daun jeruk daun kunyit. Masukkan bumbu dalam air mendidih. Kemudian masukkan daging dan santan. Masak sampai matang.
5. Hidangkan gulai kambing dengan acar timun dan taburan bawang goreng.

Kornet Daging Sapi:

Saya dapat resep ini dari Mama tersayang. Boleh dicoba.

Bahan:
* 1 kg daging sapi yang bagus
* 1 sdm sendawa (Kalium Nitrat atau KNO3). Bisa beli di apotik
* Blue Band untuk menumis


Cara Membuat:
1. Daging sapi utuh tanpa dicuci ditusuk-tusuk dengan garpu. Atau bisa menggunakan alat untuk menusuk-nusuk daging.
Secukupnya saja, jangan terlalu lama.
2. Lumuri daging dengan sendawa yang sudah halus, sampai merata. Masukkan dalam wadah/panci tertutup. Diamkan satu malam. Bisa dalam lemari es (bukan freezer) atau suhu ruang.
3. Keesokan harinya, keluarkan daging dan cuci sampai bersih dan tidak ada darahnya. Tiriskan.
4. Tumis bumbu dengan blue band sampai 3/4 matang.
5. Masukkan daging, beri air secukupnya. Rebus sampai matang dan empuk.
6. Bubuhi vetsin, merica bubuk. Tidak perlu diberi garam, karena sendawa sudah mengandung garam.
Bumbu kornet:
* 1 buah cabe merah, buang bijinya dan iris halus.
* Tomat buah yang matang 4 buah, iris jangan terlalu halus
* Bawang merah 1 ons atau bawang bombay 2 buah ukuran sedang.
* Merica bubuk
* Penyedap (bisa tidak pakai)
Hidangkan kornet setelah dipotong sesuai selera.

Selamat Iedul Adha 1435 H.
Taqobballahu minna wa minkum. Taqobbal yaa Kariim.