Senin, 29 Agustus 2016

Me Time Untuk Bunda

Bunda terbiasa bangun dini hari, jauh sebelum adzan subuh dikumandangkan. Bunda tadi terbangun pukul 02.30 WIB. Setelah sholat lail, Bunda langsung turun ke dapur. Memutar cucian dan menyiapkan sarapan pagi untuk suami dan anak-anak.
Terbiasa tidak punya pembantu/khadimat, membuat Bunda harus bekerja cerdas, cepat dan tepat. Saat adzan subuh, sarapan sudah siap, cucian tinggal dijemur. Bunda pun masih bisa berolahraga pagi. Bersepeda, itu olahraga favorit Bunda.
Kapan waktu untuk Bunda, kalau kerja tak ada henti? Waktu untuk Bunda, yaitu saat anak-anak dan suami beraktifitas di luar rumah seperti ini. Bunda bisa menulis dan berbisnis. Juga bisa bersosial media. Bunda bisa membuat dan memanggang kue, meracik atau mengemas Sambal Pecel "Mbak Vy", sambil sesekali membalas pesan yang masuk.
"Bunda, apa enggak cape?"
 "Lelah pastilah Bunda rasakan. Untuk itu Bunda pun meminta pengertian pada keluarga. Dan Bunda usahakan di saat bersama suami dan anak-anak, Bunda tidak 'bermain HP". Karena Bunda bekerja di rumah sesuai passsion dan hobi, lelah itu dirasakan baru setelah semua pekerjaan tuntas. Berbaring dan memejamkan sejenak serta meluruskan punggung, akan membuat tenaga Bunda berangsur pulih.
Berusaha semua pekerjaan 'me time' selesai sebelum menjemput anak-anak sekolah. Kini Si Bungsu sering minta berangkat sendiri ke sekolah mengendarai sepeda kecilnya. Si Sulung yang terbiasa bersepeda ke sekolah sejak kelas 3 SD, kalau sedang ingin diantar, ya, Bunda mengantar dan menjemputnya.
Semua bisa dikerjakan karena Bunda terbiasa rapi manajemen waktu sejak kecil. Satu orang yang tidak disiplin terhadap waktu, akan memengaruhi aktifitas anggota keluarga yang lain. Bunda sangat cerewet manajemen waktu ini. Karena waktu yang telah berlalu tak akan pernah kembali.
"Demi waktu. Sesungguhnya manusia benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali mereka yang beramal sholeh. Yaitu mereka yang saling menasihati dalam kebaikan, dan mereka yang saling menasihati dalam kesabaran. (QS. Al-Ashr: 1-3)

Minggu, 07 Agustus 2016

Pebisnis pun Harus Bisa Menulis

Serba-serbi Menulis dan Berbisnis

Mengapa seorang pebisnis saat ini dituntut harus bisa menulis?

Pada era bisnis online seperti saat ini, kemampuan menulis untuk seorang entepreneur sangat penting. Apalagi kalau bisnisnya masih merintis. Media sosial sebagai sarana promosi menyajikan berita dan iklan yang beragam.

Facebook sebagai media sosial terbesar, tidak lagi sebagai sarana menjalin pertemanan dan komunikasi dengan orang-orang terdekat dan kita kenal. Hampir satu dekade media sosial ini dilirik sebagai media yang ciamik sebagai sarana promosi bagi para pebisnis.

Semakin cerdasnya konsumen, kini mereka tidak mau lagi disuguhi promosi yang to the point (hard selling promotion). Mereka ingin ada nilai lebih dari produk yang ditawarkan dan ingin dibelinya.

Tulisan yang mengedukasi dan bercerita value (nilai lebih) suatu produk yang kini dibutuhkan konsumen.

Penulis pun seorang pebisnis dan penjual. Dia menjual tulisannya. Baik berupa buku maupun artikel atau karya yang ditulisnya. Penulis pun ingin karyanya berupa buku laris di pasaran, bukan? Atau seorang penulis artikel ingin karyanya dimuat di media atau banyak yang membaca. Itu sebetulnya teknik menjual juga. Tinggal bagaimana tulisan yang dibuat dapat sampai ke hati pembacanya.

Menulis dari hati, akan sampai ke hati.

Keep writing,
Devy Nadya Aulina.
Kota Angin, 4 Agustus 2016.

Sales Comunication

Cara komunikasi seorang Sales Force yang baik dengan costumer yang akan melanggengkan bisnis yang dijalankan.

Alhamdulillah, saya beruntung sejak SD  sudah senang jualan. Dilanjut dengan berbagai bisnis offline sejak gadis. Di sini semua keahlian sebagai tenaga penjual (Sales Force) terasah. Product knowladge, public speaking, dan rasa empati kita makin terasah. Pengalaman berbisnis offline dan hobi menulis sejak SD inilah bekal saya berbisnis online yang kini  ditekuni.

Hasilnya ... konsumen baru makin bertambah dan konsumen lama makin setia. Apa pun yang saya jual Insya Allah ada pembelinya.
Semua atas izin Allah tentunya. Bukan semata atas usaha saya.

Konsumen lama lari? Intensifkan komunikasi dan silaturrahiim. Karena bisnis saya berawal dari hobi saya silaturrahiim.

Devy Nadya Aulina.
Kota Angin, 4 Agustus 2016.