Kamis, 04 Mei 2017

Napak Tilas Jejak Pahlawan dan Wisata Alam di Kota Angin

Kota Nganjuk, sebuah kota kecil yang terletak di Provinsi Jawa Timur kaya akan potensi wisata. Baik wisata sejarah, budaya, maupun wisata kuliner. Kota yang dikenal dengan julukan Kota Angin, membuat cuaca yang panas sedikit terasa sejuk karena hembusan angin. Apalagi pada akhir bulan Juni hingga bulan September angin berhembus sangat kencang. Hingga makin lekatlah Nganjuk dengan julukan Kota Angin.
Kali ini saya tidak akan mengajak Anda untuk berwisata budaya maupun wisata kuliner di Kota Nganjuk. Walaupun wisata kuliner di sini akan menciptakan sensasi yang berbeda karena harganya yang relatif murah. Hemat di kantong untuk yang senang berwisata kuliner.
Kita akan mengunjungi sebuah desa tempat kelahiran pahlawan nasional. Tepatnya Pahlawan Kebangkitan Nasional, Dr. Soetomo, di desa Ngepeh kecamatan Loceret, 7 km arah selatan dari pusat kota Nganjuk. Menuju ke Monumen Dr. Soetomo kita bisa mengendarai sepeda motor atau kendaraan roda empat. Melintasi jalan lebar yang beraspal mulus kita akan melewati sebuah cerobong asap peningggalan pabrik gula pada saat masa kolonial Belanda. Dari pabrik gula (PG) Jatirejo (terletak di desa Jatirejo, kecamatan Loceret), hanya tersisa cerobong asap ini. Sementara bangunan pabriknya sudah hancur tak bersisa.
Memasuki kawasan Monumen Dr. Soetomo, dari kejauhan tampak patung Dr. Soetomo sedang duduk menghadap ke arah selatan. Di bawahnya ada prasasti yang ditanda tangani Harmoko, menteri penerangan pada era Orde Baru, yang juga putera kelahiran Nganjuk. Sedikit ke arah barat laut ada rumah kecil tempat menyimpan benda-benda sejarah peninggalan Dr. Soetomo. Di dalamnya ada meja periksa pasien, buku-buku koleksi Dr. Soetomo dan alat-alat kedokteran lainnya. Sayangnya museum kecil ini tidak dibuka setiap hari. Harus ada janji terlebih dahulu dengan juru kuncinya. Museum kecil ini dibuka biasanya pada saat ada kunjungan anak-anak sekolah atau rombongan wisata. Tepat di belakang monumen Dr. Soetomo ada pendopo berbentuk joglo. Biasanya anak-anak sekolah akan beristirahat di sini dengan bimbingan gurunya,  sebelum memasuki museum kecil itu.
Satu-dua jam cukup berada di Monumen dan Museum Dr. Sotomo ini. Anda masih punya cukup waktu dan ingin menikmati alam sejuk kota Nganjuk? Berkunjunglah ke desa Bajulan, masih di kecamatan Loceret. Di sana ada Monumen Jendral Soedirman. Sebagai tanda bahwa Jendral Soedirman pernah mengunjungi desa ini selama sembilan hari pada saat perang gerilya. Tiga kilo meter arah selatan monumen ini ada padepokan Jendral Soedirman yang dijadikan museum. Tempat ini pernah dijadikan tempat perundingan Jendral Soedirman bersama prajuritnya untuk mengatur strategi perang gerilya melawan Belanda, Berjalan ke arah barat ada sebuah batu besar yang dijadikan sebagai alas tempat sholat beliau. Juga ada tempat wudlu berupa pancuran dari sungai. Tempat wudlu itu sekarang telah diganti menggunakan paralon plastik. Mengingat bambu untuk mengalirkan air wudlu telah lapuk dimakan usia.
Museum Jendral Soedirman ini satu paket dengan wisata alam air merambat Roro Kuning. Sebelum memasuki Museum, kita diharuskan membeli tiket masuk menuju Taman Wisata Air Merambat Roro Kuning. Dengan tiket Rp. 5000,00/ orang,  kendaraan roda dua Rp1.000,00 dan Rp2.000,00 untuk kendaraan roda empat, kita dapat menikmati wisata sejarah dan wisata alam sekaligus. Museum ini dan Roro Kuning terletak di hutan pinus di lereng Gunung Wilis, 24 km arah selatan pusat kota Nganjuk. Cuacanya yang sejuk, sangat cocok untuk beristirahat. Roro Kuning terletak 1 km dari Museum Jendral Soedirman.


Monumen Jendral Soedirman di Desa Bajulan, Kecamatan Loceret. Foto: Koleksi pribadi (Devy Nadya Aulina)



Penulis di depan Monumen Jendral Soedirman. Foto: Koleksi pribadi (Devy Nadya Aulina)


Monumen di Museum Jendral Soedirman. Foto: Koleksi pribadi (Devy Nadya Aulina)




Air pancuran untuk berwudlu peninggalan Jendral Soedirman. Foto: Koleksi pribadi (Devy Nadya Aulina)


Batu besar sebagai alas sholat Jendral Soedirman. Foto: Koleksi pribadi (Devy Nadya Aulina)
  
Dari tempat parkir, sudah terlihat dua buah kolam renang besar yang ramai dikunjungi pada hari Minggu. Anda tak perlu khawatir kelaparan di sini. Sepanjang sisi kiri-kanan jalan dari tempat parkir sampai ke air merambat berjajar warung makan. Pada hari Minggu, warung-warung ini akan buka semua, memanjakan pengunjung dengan kuliner khas Nganjuk. Sebelum sampai ke lokasi air merambat, akan terlihat patung Roro Kuning, maskot tempat wisata ini. Patung berbahan kuningan dengan tinggi 2,45 meter ini ditemukan Jaswadi, penduduk desa Bajulan. Ada legenda berlatar belakang sejarah berkaitan dengan Roro Kuning. Galuh Candra Kirana alias Dewi Sekartaji (Roro Kuning) keponakan dari Dewi Kilisuci Ruting) dari Kerajaan Kediri. Dewi Kilisuci disegani di empat wilayah kerajaan, yaitu Kediri, Jenggal, Ponorogo dan Ngurawan.
 
Devy Nadya Aulina (Penulis)

Sebelum penemuan patung kuningan itu, air merambat (dikenal dengan nama sendang) di desa Bajulan ini sudah dikenal masyarakat dari luar Bajulan. Tempat ini sering dipakai  tempat mandi dan tempat perkemahan. Setelah penemuan patung kuningan yang dijadikan maskot Taman Wisata Air Merambat Roro Kuning, kawasan ini lebih dikembangkan sebagai tempat wisata. Dilengkapi dengan play ground dan kolam renang kecil untuk anak-anak (membayar tiket lagi kalau ingin masuk), penangkaran rusa Timor dan area perkemahan, membuat tempat ini layak masuk daftar tempat wisata yang harus dikunjungi bila Anda berkunjung ke Kota Nganjuk.

Patung Dewi Kilisuci (Roro Kuning). Foto: Koleksi pribadi (Devy Nadya Aulina)

Taman Hutan Wisata Roro Kuning pun dpakai untuk tempat perkemahan. Foto: Koleksi pribadi (Devy Nadya Aulina)

 Monumen-Museum Dr. Soetomo, Monumen-Museum Jendral Soetomo hanya sebagian tempat wisata di Kota Nganjuk. Masih banyak tempat wisata lainnya.
Mari, berwisata di Kota Angin!