Jumat, 16 Juni 2017

Manajemen Waktu Untuk Ibu Rumah Tangga

Bismillahirrahmanirrahiim.

Assalamu 'alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh. OK, saya diminta kembali untuk sharing tentang kegiatan saya.

Kita sharing tentang manajemen waktu ibu rumah tangga, ya. Khususnya manajemen waktu untuk ibu rumah tangga yang berbisnis di rumah, sekaligus penulis. Time Management for Mompreneur and Writerpreneur.

Sering saya ditanya oleh banyak teman, baik di dunia nyata maupun di dunia maya. Seringnya di dunia maya, sih. Bagaimana dan apa tips saya dalam mengelola waktu. Melihat saya yang seorang ibu rumah tangga tanpa asisten dan PRT, masih bisa aktif dan eksis (cie ...). Bisa mengelola bisnis, mengajar juga masih bisa menulis.

Ini pegangan saya:
"Demi waktu. Sesungguhnya manusia benar-benar dalam keadaan merugi. Kecuali mereka yang beramal sholeh, yaitu mereka yang saling menasihati dalam kebaikan, dan mereka yang saling menasihati dalam kesabaran." (QS. 103 Al-Ashr: 1-3)

Jadi, orang yang tidak bisa mengelola waktunya, dia memang orang yang rugi. Kita sudah mengerjakan banyak hal, dia masih sibuk dengan kegiatan yang tidak atau kurang bermanfaat. Duuuh, beneran, deh, rugi. 

Saya terbiasa disiplin waktu sejak kecil, sejak SD kelas 2 (tahun 1981). Alhamdulillah, kebiasaan ini karena saya bersekolah di SD yang menerapkan disiplin. Di sekolah ini juga saya diajari membuat 'to do list'. Membuat agenda aktifitas dan skala prioritas.
Hal ini terbawa terus sampai sekarang. Saya biasa mencatat aktifitas dan waktunya. Kalau di SD dulu, saya membuatnya dengan kreasi di karton manila. Lalu tugas dan PR sekolah dari guru, kami tulis di buku agenda. 

Saat itu belum ada SD di Bandung, bahkan SD swasta yang membuat buku agenda seperti ini. Buku agenda ini, ditandatangani oleh wali kelas dan wali murid. Kami menyebutnya "Buku Tugas". Semacam buku penghubung kalau sekarang. Bila siswa tak mengerjakan tugas atau PR, guru akan memeriksa buku agendanya. Di sini akan ketahuan bila orang tua ada komunikasi dengan anak di rumah atau tidak.

Disiplin waktu dan mencatat aktivitas harian terbawa sampai sekarang, saat saya sudah punya anak dua. Aktifitas saya tertata. Saya kurang berkenan apabila ada yang datang ke rumah, kalau tidak memberitahu dulu, di saat saya mau pergi, misalnya. Atau saya sedang istirahat siang. Apalagi hanya untuk ngobrol yang tak perlu. Karena saya pun perlu me time. 

Saat ini saya mencatat aktifitas di HP (gadget/gaway) dan buku. Kenapa HP? Karena HP untuk saya sangat praktis untuk dibawa. Saya bisa menulis calon artikel dan buku, bahkan mengajar dan belajar hanya dengan alat sebesar telapak tangan. Saya benar-benar terbantu dengan alat ini. Ibaratnya tanpa HP, saya bisa mati gaya. Wkwkwk .... 

Karena, kalau harus bawa laptop atau komputer ke mana-mana, bisa dibayangkan rempongnya saya. Ha ha ha ....

Ini tips manajemen waktu ala saya:
1. Membuat catatan apa yang akan kita kerjakan.
Karena kebanyakan dari Emak-emak itu rempong, jadi banyak lupanya. Ini enggak untuk Ibu-ibu saja, bapak-bapak pun harus melakukannya. Anak-anak sejak kecil pun sudah bisa kita ajari, koq. Apalagi anak-anak batita sekarang sudah mulai sekolah. PAUD atau play group. 

2. Membuat skala prioritas.
Malah Allah memerintahkan kita untuk membuat skala prioritas dalam QS. Al-Insyirah: 7. Yang intinya setelah kita melakukan satu aktifitas, kita diperintahkan mengerjakan aktifitas lainnya.

3. Menghindari kegiatan yang tidak bermanfaat atau sia-sia.
Allah memerintahkan kita untuk menjauhi perbuatan yang sia-sia. Ghibah (ngerumpi), nonton acara TV yang isinya gosip, atau tayangan sinetron. Itu akan membuat waktu kita terbuang percuma. 

Sudah lama saya tidak menyalakan TV saat suami kerja dan anak-anak sekolah. TV yang menyala akan membuat konsentrasi buyar, dan membuat kita penasaran untuk tetap duduk manis di depan TV. Saya lebih suka nyuci piring sambil dengar murothal atau lagu-lagu kesayangan. Sekaligus putar cucian. Atau bikin kue dan sambal pecel. Saya biasa masak sambil megang HP. He he .... 

4. Membuat jadwal aktifitas harian, mingguan dan bulanan.
Kalau ini sudah menjadi kebiasaan, biasanya otomatis akan kita ingat. Kecuali jadwal harian yang fleksibel, kita bisa ganti sesuai kepentingan. Kembali pada skala prioritas, ya. Ibu-ibu bisa membuat menu masakan untuk satu minggu. Tempelkan di dinding dapur. 
Lagi-lagi hal ini mengingatkan saya waktu SD. Waktu kelas 6 SD, saya diberi tugas keterampilan membuat menu untuk seminggu. Saya membuat dalam bentuk kipas.

Kenapa saya selalu kembali pada masa SD? Karena masa-masa saya duduk di bangku SD sangat istimewa.  
Saya, akan merasa terganggu apabila ada anggota keluarga yang lalai dan 'cuek'. Ini sangat berpengaruh pada aktifitas anggota keluarga lainnya. Apalagi aktivitas yang melibatkan kegiatan bersama. 

Apa saya pernah lalai pada waktu? Pernah. Saat saya sakit atau saya keasyikan bermedsos ria. Untuk itu, saya batasi waktu, karena bermedsos itu memang asyik. Saya biasa menulis di HP, sekaligus saya jadikan status FB, share pada beberapa grup WA dan FB, juga postingan blog. Kalau tidak perlu, HP yang terkoneksi internet saya matikan. Saya cukup bawa HP jadul yang hanya untuk sms dan telepon.

5. Tidur di awal malam agar bisa bangun di 1/3 malam terakhir.
Saya tidak terbiasa begadang kalau benar-benar tidak terpaksa. Menghindari jam mengajar online malam hari. Biasanya saya tidur pukul 21.00 atau 22.00 WIB. Jadi saya sudah kebiasaan bangun pukul 03.00 WIB. 

6. Kalau ke luar rumah, saya usahakan dalam satu hari itu. Supaya enggak bolak-balik. Misal ada pesanan sambal pecel atau kue. Setelah saya antar anak-anak sekolah, saya biasanya mampir ke ATM, terus ke pasar. Sebelum jemput anak siang hari, urusan rumah diusahakan harus sudah beres. 

7. Berkomunikasi dengan anggota keluarga tentang kegiatan kita.
Saya dan suami harus buat jadwal kalau ada kegiatan di luar kota. Misal kalau saya harus ke Bandung atau ditugasi mengikuti seminar dan pelatihan di luar kota. Harus dipastikan suami enggak ada jadwal dinas ke luar kota. Juga sebaliknya, saat suami dinas ke luar kota, aktifitas saya harus di dalam kota atau di rumah. Maklum, enggak ada anggota keluarga lain yang menemani anak-anak.

Hemmm, sharing saya sudah cukup panjang. Tak terasa saya sudah menulis satu artikel. Cukup dari HP. 

Terimakasih sudah menyimak kecerewetan saya dalam tulisan.

Devy Nadya Aulina.
Nganjuk, 16 Juni 2017.

Kamis, 04 Mei 2017

Napak Tilas Jejak Pahlawan dan Wisata Alam di Kota Angin

Kota Nganjuk, sebuah kota kecil yang terletak di Provinsi Jawa Timur kaya akan potensi wisata. Baik wisata sejarah, budaya, maupun wisata kuliner. Kota yang dikenal dengan julukan Kota Angin, membuat cuaca yang panas sedikit terasa sejuk karena hembusan angin. Apalagi pada akhir bulan Juni hingga bulan September angin berhembus sangat kencang. Hingga makin lekatlah Nganjuk dengan julukan Kota Angin.
Kali ini saya tidak akan mengajak Anda untuk berwisata budaya maupun wisata kuliner di Kota Nganjuk. Walaupun wisata kuliner di sini akan menciptakan sensasi yang berbeda karena harganya yang relatif murah. Hemat di kantong untuk yang senang berwisata kuliner.
Kita akan mengunjungi sebuah desa tempat kelahiran pahlawan nasional. Tepatnya Pahlawan Kebangkitan Nasional, Dr. Soetomo, di desa Ngepeh kecamatan Loceret, 7 km arah selatan dari pusat kota Nganjuk. Menuju ke Monumen Dr. Soetomo kita bisa mengendarai sepeda motor atau kendaraan roda empat. Melintasi jalan lebar yang beraspal mulus kita akan melewati sebuah cerobong asap peningggalan pabrik gula pada saat masa kolonial Belanda. Dari pabrik gula (PG) Jatirejo (terletak di desa Jatirejo, kecamatan Loceret), hanya tersisa cerobong asap ini. Sementara bangunan pabriknya sudah hancur tak bersisa.
Memasuki kawasan Monumen Dr. Soetomo, dari kejauhan tampak patung Dr. Soetomo sedang duduk menghadap ke arah selatan. Di bawahnya ada prasasti yang ditanda tangani Harmoko, menteri penerangan pada era Orde Baru, yang juga putera kelahiran Nganjuk. Sedikit ke arah barat laut ada rumah kecil tempat menyimpan benda-benda sejarah peninggalan Dr. Soetomo. Di dalamnya ada meja periksa pasien, buku-buku koleksi Dr. Soetomo dan alat-alat kedokteran lainnya. Sayangnya museum kecil ini tidak dibuka setiap hari. Harus ada janji terlebih dahulu dengan juru kuncinya. Museum kecil ini dibuka biasanya pada saat ada kunjungan anak-anak sekolah atau rombongan wisata. Tepat di belakang monumen Dr. Soetomo ada pendopo berbentuk joglo. Biasanya anak-anak sekolah akan beristirahat di sini dengan bimbingan gurunya,  sebelum memasuki museum kecil itu.
Satu-dua jam cukup berada di Monumen dan Museum Dr. Sotomo ini. Anda masih punya cukup waktu dan ingin menikmati alam sejuk kota Nganjuk? Berkunjunglah ke desa Bajulan, masih di kecamatan Loceret. Di sana ada Monumen Jendral Soedirman. Sebagai tanda bahwa Jendral Soedirman pernah mengunjungi desa ini selama sembilan hari pada saat perang gerilya. Tiga kilo meter arah selatan monumen ini ada padepokan Jendral Soedirman yang dijadikan museum. Tempat ini pernah dijadikan tempat perundingan Jendral Soedirman bersama prajuritnya untuk mengatur strategi perang gerilya melawan Belanda, Berjalan ke arah barat ada sebuah batu besar yang dijadikan sebagai alas tempat sholat beliau. Juga ada tempat wudlu berupa pancuran dari sungai. Tempat wudlu itu sekarang telah diganti menggunakan paralon plastik. Mengingat bambu untuk mengalirkan air wudlu telah lapuk dimakan usia.
Museum Jendral Soedirman ini satu paket dengan wisata alam air merambat Roro Kuning. Sebelum memasuki Museum, kita diharuskan membeli tiket masuk menuju Taman Wisata Air Merambat Roro Kuning. Dengan tiket Rp. 5000,00/ orang,  kendaraan roda dua Rp1.000,00 dan Rp2.000,00 untuk kendaraan roda empat, kita dapat menikmati wisata sejarah dan wisata alam sekaligus. Museum ini dan Roro Kuning terletak di hutan pinus di lereng Gunung Wilis, 24 km arah selatan pusat kota Nganjuk. Cuacanya yang sejuk, sangat cocok untuk beristirahat. Roro Kuning terletak 1 km dari Museum Jendral Soedirman.


Monumen Jendral Soedirman di Desa Bajulan, Kecamatan Loceret. Foto: Koleksi pribadi (Devy Nadya Aulina)



Penulis di depan Monumen Jendral Soedirman. Foto: Koleksi pribadi (Devy Nadya Aulina)


Monumen di Museum Jendral Soedirman. Foto: Koleksi pribadi (Devy Nadya Aulina)




Air pancuran untuk berwudlu peninggalan Jendral Soedirman. Foto: Koleksi pribadi (Devy Nadya Aulina)


Batu besar sebagai alas sholat Jendral Soedirman. Foto: Koleksi pribadi (Devy Nadya Aulina)
  
Dari tempat parkir, sudah terlihat dua buah kolam renang besar yang ramai dikunjungi pada hari Minggu. Anda tak perlu khawatir kelaparan di sini. Sepanjang sisi kiri-kanan jalan dari tempat parkir sampai ke air merambat berjajar warung makan. Pada hari Minggu, warung-warung ini akan buka semua, memanjakan pengunjung dengan kuliner khas Nganjuk. Sebelum sampai ke lokasi air merambat, akan terlihat patung Roro Kuning, maskot tempat wisata ini. Patung berbahan kuningan dengan tinggi 2,45 meter ini ditemukan Jaswadi, penduduk desa Bajulan. Ada legenda berlatar belakang sejarah berkaitan dengan Roro Kuning. Galuh Candra Kirana alias Dewi Sekartaji (Roro Kuning) keponakan dari Dewi Kilisuci Ruting) dari Kerajaan Kediri. Dewi Kilisuci disegani di empat wilayah kerajaan, yaitu Kediri, Jenggal, Ponorogo dan Ngurawan.
 
Devy Nadya Aulina (Penulis)

Sebelum penemuan patung kuningan itu, air merambat (dikenal dengan nama sendang) di desa Bajulan ini sudah dikenal masyarakat dari luar Bajulan. Tempat ini sering dipakai  tempat mandi dan tempat perkemahan. Setelah penemuan patung kuningan yang dijadikan maskot Taman Wisata Air Merambat Roro Kuning, kawasan ini lebih dikembangkan sebagai tempat wisata. Dilengkapi dengan play ground dan kolam renang kecil untuk anak-anak (membayar tiket lagi kalau ingin masuk), penangkaran rusa Timor dan area perkemahan, membuat tempat ini layak masuk daftar tempat wisata yang harus dikunjungi bila Anda berkunjung ke Kota Nganjuk.

Patung Dewi Kilisuci (Roro Kuning). Foto: Koleksi pribadi (Devy Nadya Aulina)

Taman Hutan Wisata Roro Kuning pun dpakai untuk tempat perkemahan. Foto: Koleksi pribadi (Devy Nadya Aulina)

 Monumen-Museum Dr. Soetomo, Monumen-Museum Jendral Soetomo hanya sebagian tempat wisata di Kota Nganjuk. Masih banyak tempat wisata lainnya.
Mari, berwisata di Kota Angin!

Minggu, 30 April 2017

Menjaga Lisan Dengan Tulisan

Menjaga Lisan Dengan Tulisan

"Kamu enggak pantas bisnis, karena enggak punya uang.  Kamu lebih pantas mengajar dan jadi guru!"

"Dia hanya mau makanan saja!"

"Kamu lebih cocok jadi penulis daripada bisnis!"

Kata-kata tajam itu masih membekas di sudut hatiku.  Diucapkan dengan nada sinis dan sangat merendahkan oleh pasangan dari mitra bisnisku.  Untungnya aku tak membawa serta anakku.  Aku tak ingin ia pun terluka mendengar ucapan yang sangat menyakitkan hati ibunya.

Tak hanya itu, relasi yang aku bina dengan susah payah, dengan seenaknya dia hubungi untuk berpindah mengikutinya. Ya,  saat itu memang aku berbisnis dengan modal sangat minim.  Tapi aku punya tekad,  ingin membuka lapangan pekerjaan bagi sebanyak-banyaknya ibu rumah tangga.  Tanpa mereka harus meninggalkan tugas utamanya sebagai isteri dan ibu.

Hobiku menulis dan berbicara di hadapan publik,  menjadi incaran banyak orang supaya aku bergabung bersama mereka. Dielu-elukan dan disanjung, seiring dengan tatapan tak bersahabat dan tikaman di belakangku.  Di depanku berwajah manis,  namun di belakang membuat hatiku teriris.

*****

Delapan tahun berlalu ....

Waktu yang berjalan,  mengiringi terkabulnya doa orang yang teraniaya. Perkataan yang menghunjam berbalik menjadi doa yang terkabul.  Ya,  justru dari mengajar dan menulis, ini yang membuat bisnisku tetap berjalan.  Tak berlari dengan cepat,  namun terus berjalan dan melangkah pasti.

Sudah lama aku maafkan orang-orang yang menyakiti hatiku.  Namun ibarat paku yang ditancapkan,  walaupun telah dicabut tetap meninggalkan bekas yang sulit dihilangkan. Dipoles dan 'didempul' supaya tak tampak,  akan tetap terlihat.

Bukan ... bukan tentang dendam dan tidak.  Allah saja Maha Pemaaf.  Masa kita sebagai hambaNya tidak? Tapi dari kejadian itu aku dapat hikmah,  bahwa lisan kita harus terjaga.

"Ibarat pedang lukai tubuh,  masih ada obat supaya luka itu sembuh.  Namun bila lidah telah melukai hati,  ke manakah obat hendak dicari? "

Semoga aku bisa menjaga lisan,  perbuatan baik tulisan,  agar tak melukai.  Tetap berbagi kebaikan dan manfaat dari menulis dan berbisnis,  kegiatan yang sangat aku cintai.

Devy Nadya Aulina.
Kota Bayu,  di penghujung bulan April 2017.

#DevyNadyaAulina
#Mompreneur
#Writerpreneur
#MompreneurAndWriterpreneur
#Momwriter
#Penulis
#KisahInspiratif
#Author
#MenulisDariHPItuAsyik

Kamis, 23 Maret 2017

Penulis Itu Profesi Yang Menyenangkan

Kalau dulu, penulis itu selalu identik dengan buku, koran atau majalah. Penulis cerpen, puisi, penulis opini dan sejenis itu. Namun seiring perkembangan media digital, penulis pun dituntut semakin kreatif.

Banyak penerbit dan media cetak berguguran karena tak mampu lagi membiayai biaya operasionalnya. Harga mesin yang mahal, juga bahan baku cetak yang harganya semakin melonjak. Adanya e-book (elektronik book atau buku digital) semakin membuat suram bagi penulis yang tidak bisa  mengikuti perkembangan zaman.

Penulis buku banyak yang beralih menjadi blogger atau menulis e-book. Sebenarnya profesi penulis sangat luas cakupannya. Mereka bisa bekerja sekreatif mungkin. Membuat buku pesanan (buku biografi), artikel dan copywriting (menulis untuk iklan dengan bahasa yang enggak ngiklan). Bahkan dengan semakin menjamur dan terus bermunculan akun media sosial baru, ini peluang bagi para penulis kreatif. Ya, Creative Writer, yang dibutuhkan oleh banyak pemilik akun media sosial, yang rata-rata mereka para pebisnis online.

Penulis yang tidak kreatif, maka ia akan tertinggal oleh waktu. Yuk, jadi penulis yang kreatif!

Devy Nadya Aulina
(Mompreneur and Writerpreneur)

*Note: Saya menulis ini sambil berbaring, karena masih kurang fit. Sakit bagi saya bukan halangan untuk tetap menulis dan berbagi. Menulis di grup WA Penulis.

Nganjuk, 23 Maret 2017.

#DevyNadyaAulina
#TipsMenulisDevy
#MenulisDariHPItuAsyik

Rabu, 15 Maret 2017

Diseminasi Halal Bagi IKM Makanan Minuman di Jawa Timur

Alhamdulillah. Setelah mendapatkan sertifikat kompetensi produk olahan pangan (roti & bakery) dari BNSP di bulan April 2016,  mendaftarkan merek Mbak Vy di bulan Agustus-Oktober di tahun 2016, dan mendapatkan legalisasi izin edar SPP-IRT bulan September 2016, akhirnya kami mendapatkan kesempatan lain. Yaitu  fasilitas pengajuan halal MUI. Penyuluhan Diseminasi Halal Produk Makanan Minuman Bagi IKM di Jawa Timur dan Prosedur Sertifikasi Halal ini, difasilitasi oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Timur. Dengan mengundang masing-masing enam orang dari dari IKM di setiap Kabupaten dan Kota se-Jawa Timur.

Selain mendapat tambahan ilmu dan wawasan, tentu saja kami bertambah teman dan relasi. Diharapkan dari kegiatan ini, produk-produk makanan dan minuman (kuliner) dari IKM Jatim, dapat meningkatkan daya saing dan daya jual. Tidak hanya di pasar lokal, namun bisa menjangkau pasar yang lebih luas. Yaitu pasar nasional dan internasional.

Terimakasih kami haturkan kepada Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Nganjuk, Ibu dra. Rochtanti Henny, MM., yang telah memberikan kesempatan kepada kami. Terimakasih juga kami sampaikan pada Pak Daryanto dari Dinas Indakop Kabupaten Nganjuk, serta para staf dan pejabat dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Timur. Para narasumber Prof. Sugianto, Direktur LPPOM MUI Jatim, dan Ibu Hj. Lilik Fatmawati, S.TP., M.A.P dari LPPOM MUI.

Surabaya, 15 Maret 2017.

Devy Nadya Aulina.
Penulis dan pelaku IKM produk kuliner dengan merek "Mbak Vy", tinggal di Kabupaten Nganjuk - Jawa Timur.

Jumat, 24 Februari 2017

Antologi Sambel Pecel - Memimpin Tak Harus Pedas

ANTOLOGI SAMBEL PECEL: "MEMIMPIN TAK HARUS PEDAS"

Wanita, dengan segala kelebihan dan kekurangannya, dia tetaplah istimewa. Makhluk Tuhan yang di dalamnya mengalir kelembutan, kasih sayang, ketegasan dan kekuatan sekaligus.

Seseorang yang multi talenta, yang sanggup mengerjakan beberapa pekerjaan dalam satu waktu. Apapun peran dan profesinya, dia adalah manager. Yang mampu mengelola banyak hal. Dari urusan domestik hingga urusan pernak-pernik. Mengelola waktu, keuangan, mengelola perasaan dan hati. Utamanya mengelola rasa syukur agar semua yang dikelolanya berjalan seimbang.

Sebuah karya bersama yang kami hadirkan untuk Anda, Sahabat-sahabat kami tercinta.

Antologi Sambel Pecel - Memimpin Tak Harus Pedas.

Beragam kisah unik yang ditulis dari hati, dipercantik setiap kisahnya dengan ilustrasi.

Kami membuka PO (Pre Order), dengan harga bersahabat: Rp75.000,00. Belum termasuk ongkos kirim.

Segera hubungi penulisnya atau kontributor.

Salam Pena Kreatif,
Devy Nadya Aulina.
WA 089680289255

FB: Devy Nadya Aulina.
www.facebook.com/devy.n.aulina2

Antologi Atau Buku Solo

Antologi atau buku kumpulan karya bersama, sering dijadikan ajang latihan untuk penulis pemula. Batu loncatan untuk menghasilkan karya selanjutnya. Menulis dan tembus media, menulis buku solo, atau menjadi seorang blogger.

Kenapa saya katakan antologi sebagai batu loncatan? Karena memang perjuangannya belum apa-apa. Menulis dan tembus media, penulis harus bersaing dengan ratusan naskah yang masuk. Menulis untuk dapat tembus penerbit mayor melalui agency naskah, memerlukan waktu yang cukup lama, 1-2 tahun. Itu pun belum tentu bukunya terbit. Kalau mau menerbitkan sendiri ke penerbit mayor, butuh waktu 3-6 bulan untuk tahu naskahnya diterima. Itu pun melalui seleksi ketat.

Untuk saat ini, bagi pemilik modal besar, menulis buku menjadi semakin mudah. Menulis buku bahkan bisa dikerjakan oleh penulis bayaran. Istilahnya penulis bayangan (ghost writer). Ghost writer ini dibayar cukup tunggi, sesuai jam terbangnya.

Menjadi kontributor penulisan antologi pun, sebenarnya melalui tahap seleksi. Hanya naskah sesuai kriteria yang diterima. Naskah yang sejak email diterima tidak sesuai kriteria dan persyaratan, tak akan dilirik. Mengapa? Karena editor harus menyeleksi puluhan sampai ratusan naskah masuk.

Bayangkan, bila naskah yang masuk hurufnya berhimpitan dan sulit dibaca. Andapun tentu akan malas membacanya. Buang-buang waktu. Begitu alasan yang pasti.

Lantas kenapa saya masih mau membaca dan mengoreksi naskah teman-teman, yang sebagian besar belum sesuai kriteria? Karena saya ingin teman-teman semangat untuk tetap menulis. Pengalaman saya, setelah kita punya satu karya yang diakui, kita akan ketagihan untuk terus menulis. Baik menulis buku solo, menulis artikel, cerpen dan jenis tulisan lainnya. Teman-teman akan tahu bahagia dan bangganya bila tulisan kita mendapatkan apresiasi. Apalagi kalau tulisan kita menjadi sumber inspirasi.

Tetap semangat, ya, Sahabat-sahabat tersayang. Saya ingin, setelah Antologi Sambel Pecel ini, teman-teman berani menulis dan mengirimkan karya ke media, menulis buku solo, atau menulis untuk blog.

"Bila kau bukan anak raja, ataupun anak ulama besar, maka menulislah." (Imam Al-Ghazali)

Devy Nadya Aulina
Kota Bayu, 24 Februari 2017.

Note: Saya menulis ini sambil berbaring. Alhamdulillah, jadi satu artikel, atau apa pun namanya.

#MenulisSpontan
#MenulisDariHPItuAsyik
#MenulisDariHPJadiArtikel
#MenulisDariHPJadiBuku

Sabtu, 11 Februari 2017

Kesalahan Yang Sering Terjadi Dalam Penulisan

Kesalahan yang sering terjadi pada penulisan, sebetulnya sangat sederhana:

1. Kata depan (prefiks) di- dan ke- bila di depannya kata kerja, maka penulisannya digabung/disatukan.
Bila di depannya kata tempat atau arah, maka penulisannya dipisah.

Contoh:
1. Dipisah, diambil, dikeluarkan, dimakan, didiamkan.
2. Di luar, di dalam,  di sana, di gunung.

3. Ke luar (artinya arah luar), ke mana, ke sini.

2. Tanda baca elipsis (titik).
a. Menyatakan kalimat berita atau kalimat tidak langsung.
Contoh:
- Bunda pergi ke pasar.
- Saya orangnya penyayang.
- Menulis itu menyenangkan.

b. Tanda baca elipsis tiga di tengah kalimat ... selalu diberi spasi sebelum dan sesudahnya.
Bila tanda baca elipsis tiga di akhir kalimat, diberi lagi satu tanda baca elipsis .... (menyatakan kalimat menggantung.
Enggak perlu banyak-banyak sampai sepuluh, menghabiskan tempat.😀😀

3. Penulisan huruf kapital (huruf besar).
- Awal kalimat selalu didahului huruf besar.
- Nama orang, kata sapaan, nama tempat selalu dengan huruf kapital.

Contoh:
- Gunung Merapi gunung tertinggi di pulau Jawa.
===> Gunung Merapi nama tempat (menggunakan huruf kapital)
===> 'gunung' di pulau Jawa, menggunakan huruf kecil, menyatakan keterangan tempat.

Nama tempat dan keterangan tempat.

******
Untuk sementara itu dulu. Kapan-kapan kita lanjut lagi.

Kalau ada yang mau ditanyakan, silakan. Kita saling koreksi, ya.

Salam Pena Kreatif,
Devy Nadya Aulina

#TipsMenulis
#EBI (Ejaan Bahasa Indonesia)
#KBBI
#MenulisDariHPItuAsyik
#SelfEditing

Jumat, 10 Februari 2017

Tips Jualan

Bismillaahirrahmaanirrahiim.

Tips saya untuk segala hal, termasuk jualan buku:
1. Niatkan semua yang kita lakukan adalah bagian dari ibadah. Termasuk jualan buku.
Karena kita jualan buku dengan sistem online, cara kita promosi tentu melalui tulisan.

2. Cintai pekerjaan kita.
Karena kita jualan buku yang notabene produknya tulisan, ya kita harus mencintai dunia literasi. Mencintai membaca dan menulis.

3. Kuasai product knowladge.
Jualan apa pun termasuk buku, kita harus menguasai isinya, produknya.
Jadi kita akan terampil dalam menjualnya. Juga kita dilatih terampil mengolah kata-kata promosi, yaitu copywriting.

4. Syukuri setiap pencapaian sekecil apapun.
Karena Allah ta'ala berjanji, bila kita bersyukur, maka akan ditambah nikmat pada kita. Di antaranya beripa kemudahan-kemudahan.

5. Tebar silaturahiim, jangan jualan.
Insya Allah itu yang saya terapkan sejak lama.
Jadi, saat saya menjual apapun, Insya Allah ada pembelinya.

Devy Nadya Aulina.
Nganjuk, 4 Februari 2017.

#TipsMenulisDevy
#TipsBisnisDevy

Selasa, 31 Januari 2017

Mengukir Sejarah Dengan Menulis

"Bila kau bukan anak raja ataupun anak ulama besar, maka menulislah." (Imam Al-Ghazali)

Seorang raja, ia akan mengukir sejarah melalui dinasti dan anak keturunannya. Dengan sendirinya,ia akan tercatat oleh sejarah. Begitupun ulama-ulama besar, beliau dikenal karena ilmunya. Apalagi ilmu itu kemudian dituliskannya. Yang kemudian mengharumkan nama dan karyanya sepanjang masa. Walaupun mereka sudah tiada.

Bagaimana dengan kita, yang secara keturunan hanya rakyat biasa? Turunan ulama bukan, apalagi turunan ulama besar.

Imam Ghazali telah menasihati kita untuk menulis. Karena dengan menulis, kita akan menjejakkan pena sejarah. Melahirkan karya yang kelak akan dibaca oleh anak-cucu bahkan khalayak. Apalagi bila tulisan itu berisi ilmu bermanfaat. Kelak akan menjadi warisan dan amal tak terputus bagi penulisnya.

Seperti ulama-ulama besar Islam saat itu. Mereka kebanyakan bukan dari keturunan raja ataupun ulama. Tetapi mereka mengukir sejarah karena ilmu yang dituliskan, dan kemudian menjadi rujukan. Bukan hanya dalam dunia Islam, tetapi seluruh dunia mengakui karya tulisnya.

Siapa yang tidak kenal Ibnu Rusyd (Ave Rush), Ibu Sina (Ave Shein), Al-Jabar -yang kemudian ilmunya menjadi salah satu bidang ilmu dalam matematika-.

Tidak ada kata terlambat untuk mengukir sejarah kita. Mari mulai menulis dari sekarang. Menulis bukanlah bakat, tapi proses belajar dan latihan terus-menerus. Semua orang dan profesi bisa jadi seorang penulis. Asalkan mau atau tidak.

Mari menorehkan sejarah! Kita tumbuhkan dan kembangkan dunia literasi.  Menarikan jemari kita untuk berbagi kebaikan dan manfaat melalui tulisan.

Devy Nadya Aulina
(Mompreneur and Writerpreneur - work at home)

Nganjuk, 31 Januari 2017.

#DevyNadyaAulina
#Mompreneur
#Writerpreneur
#Momwriter
#Penulis
#RumahProduktif
#GriyaKreatifDeyalina
#MenulisDariHPItuAsyik