Selasa, 23 Desember 2014

KEMBALI MENGAJAR


Kata Mama, sejak saya kecil suka sekali main guru-guruan. Dan saya masih ingat betul hingga kini.
Saat TK meniru ibu guru mengajari menyanyi. Saat SD meniru ibu guru menerangkan di depan kelas. Bergantian dengan teman sebaya menjadi guru dan murid. Dari situ kemampuan public speaking saya terasah. 

Saat kelas 3 SD saya pertama kali menjadi MC. Langsung dipilih oleh Ibu guru. Setelah itu tampil di depan orang lain sudah biasa bagi saya. Menyanyi, membaca puisi, menjadi saritilawah, saya mulai sejak SD.

Mama yang menanamkan rasa percaya diri pada saya. Mama memasukkan saya pada kegiatan luar sekolah. Les renang di Centreum (Tirtamerta), klub sepatu roda "Blibiz" di jalan Surapati-Bandung, hingga les tari Bali di Gelanggang Generasi Muda (Gelanggang Remaja).

Di lingkungan rumah, akhirnya Mama mengajak anak-anak satu gang latihan sepatu roda. Akhirnya saya bisa kenal teman-teman satu RW waktu itu.

Setelah SMP, kegiatan-kegiatan itu menjadi ekstra kurikuler di sekolah. Saya mengikuti seni tari Sunda dan seni suara.

Masih saya ingat, Nenek almarhum paling suka melihat saya menari diiringi gending dari kaset Ibu Yeti Mamat.

****

Menginjak SMA, saya lebih sering lagi diminta Ibu guru menerangkan di depan kelas. Saya begitu lancar menerangkan pelajaran Bahasa Indonesia, sejarah dan agama. 

Setelah kuliah kegiatan mengajar tak lepas dari keseharian saya. Membimbing anak tetangga yang bertanya tentang PR-nya. Juga mengajari mereka membaca Al-Qur'an.

Kini setelah menikah dan punya anak dua-yang satu sudah remaja-, masih banyak yang menyangka saya guru. Padahal lama sekali saya tidak mengajar secara langsung.

Saat berbelanja ke pasar, saat ada patroli pemeriksaan SIM dan STNK, hingga saat di kendaraan umum, orang sering bertanya.

"Baru pulang ngajar ya, Mbak?"

"Apa saya kelihatan seperti guru?" biasanya saya balik bertanya.

"Saya ibu rumah tangga, enggak mengajar."

"Mbak bohong. Ngajar di mana, Mbak?"

Nah ini yang bikin saya bingung. Pertanyaannya maksa banget.

"Saya guru untuk anak-anak saya."

"Enggak percaya, Mbak."

Yo wis nek gak percoyo.

****

Setahun lalu saya dipercaya menjadi penanggung jawab kelas-kelas online. Mendampingi mentor menjadi moderator. Hingga kini saya mulai mendapat undangan menjadi pengisi kelas bisnis dan menulis online.

Mungkin Mama dan Papa benar, saya berbakat mengajar.

Masih teringat saat usai sidang skripsi. Tak sadar di belakang begitu banyak teman-teman yang menyaksikan. Biasanya dosen penguji hanya tiga, saat itu saya diuji oleh lima orang dosen. Salah satunya dosen dari STIA LAN-RI Jakarta.

Begitu sidang selesai, saya menengok ke belakang. Saya melihat Papa. Saya tak tahan untuk tidak menangis di pelukan Papa. Menumpahkan rasa lega seolah beban terlepas.

"Kamu berbakat jadi dosen," kata Papa di balik kemudi, saat kami pulang.

****

Kejadian itu lima belas tahun lalu. Tanggal 21 September 1998. Hingga kini walaupun tidak ada gelar formal, berbagi ilmu tetap menjadi keseharian saya. Saya tidak ingin ilmu yang saya dapat mengendap. Saya bagikan lagi sebisa mungkin.

****

Dengan berbagi ilmu, otomatis kita pun belajar kembali. Mengingat dan mengulang.
Siap untuk menjadi pengisi materi seminar online nanti malam.

‪#‎BelajarItuAsyik‬ ‪#‎BelajarBikinAwetMuda‬ ‪#‎MenulisDariHPItuAsyik‬

Rabu, 17 Desember 2014

Mau Sehat? Yuuuk... Donor Darah!

Kemarin saya dua kali ke BCA. Pagi hari setelah antar anak-anak sekolah dan siang hari.
Biasa... transfer. Menyampaikan amanah sahabat-sahabat yang ditipkan pada saya. Rekening saya cuma untuk numpang lewat.

Hari itu karyawan dan karyawati BCA memakai atasan berwarna merah cabai. Tidak sadar, saya pun memakai kaus berwarna sama. Merah, warna penuh semangat. 

Melirik ke sebelah kiri seperti ada pemeriksaan kesehatan gratis. Rupanya hari itu ada beberapa petugas dari PMI Nganjuk.

Setelah urusan selesai, ternyata hujan turun dengan lebatnya. Tak mungkin menembus hujan deras hanya dengan jas hujan. Saya duduk di sofa sambil mengobrol dengan karyawan yang saya kenal. Dia baru saja donor darah.

Saya melempar senyum pada ibu-ibu petugas PMI. Kebetulan saya mengenalnya, karena 1,5 tahun saya rutin berkunjung ke sana. Lima-enam tahun lalu bertemu petugas-petugas PMI itu di baksos kegiatan pengajian yang saya ikuti.

"Bu, boleh saya ikut periksa tensi saja dan timbang badan?" tanya saya pada petugas PMI yang sudah dikenal.

Dua ibu petugas mendekati saya.

"Sudah lama ya, enggak donor?" tanya beliau.

"Iya, Bu. Beberapa kali saya mau donor tidak bisa. Karena tensi saya sedang drop. Mudah-mudahan sekarang bisa," saya berharap.

"Sekarang bisa kalau mau donor. Tensi bawahnya bagus." 

Petugas itu menyebutkan 110 untuk ukuran tensi di atas. Kayaknya 110/80.

Alhamdulillah. Akhirnya bisa donor lagi setelah dua tahun.
Saya merasa sangat sehat kemarin. Berharap tiga bulan kemudian bisa berbagi lagi.
Karena sedekah harta belum tentu saya selalu ada dalam kelonggaran.

Yuk, bagi yang belum donor darah. Cek golongan darah Anda! Pastikan Anda dalam keadaan sehat dan tekanan darah normal. Bagi wanita sedang tidak dalam keadaan anemia (kurang darah), hamil atau berhalangan.

Setetes darah Anda, menyumbang kehidupan bagi saudara-saudara kita yang membutuhkan.
Dengan donor darah, kita akan bertambah sehat karena sel darah lama akan digantikan (regenerasi) dengan sel darah yang baru. Yang suka migren, kata ibu petugas bisa sembuh dengan donor darah.

Lihat, saya tetap tersenyum saat petugas mengambil darah saya. Saya ingin saudara saya pun turut tersenyum. 




Yuk, kunjungi kantor PMI terdekat di kota Anda!

Selasa, 16 Desember 2014

Rahasia Untuk Melesatkan Bisnis

Hai teman-teman, saya punya menejemen waktu untuk merancang kegiatan saya. Karena sudah habit (kebiasaan), kegiatan saya sudah terpola sejak lama.

Time Management For Mompreneur

Tapi sejak ada metrik, saya ingin menularkan pola kebiasaan baik ini pada banyak sahabat. Saya berbisnis secara offline sudah lama, sejak gadis. Dimulai lagi ketika Si Sulung menjelang usia 2 tahun, pada tahun 2003. Namun berjualan offline sering membuat modal tidak dapat berputar, karena konsumen seringkali meminta penangguhan pembayaran (berhutang) atau sistem pembayaran berkala (kredit).





 

Saya termasuk terlambat berbisnis online. Tapi dengan adanya metrik, kini saya bisa merancang omset yang diinginkan.

Saat harga cabai melambung seperti sekarang ini, tetap ada pembelian untuk Sambal Pecel "Mbak Vy" .Alhamdulillah. Karena mereka tahu kualitas rasa dan bahan. Produk saya tanpa bahan pengawet, tanpa MSG dan tanpa bahan pengental. Banyak sahabat sudah pernah mencoba rasanya







Begitu pun dengan Devita Collections tetap order berdatangan. Itu sangat saya syukuri.

Bila tidak ada penjualan bagaimana? Saya gencarkan pemasaran, hingga di hari lain target bisa menggantikan hari sebelumnya.

Undangan untuk mengisi kelas online pun Alhamdulillah berdatangan. Mereka sudah tahu bahwa brand saya adalah penulis dan pebisnis kreatif. Ya brand saya Creative https://www.facebook.com/pages/Mompreneur-and-writerpreneur-work-at-home/742887242423025?ref=ts&fref=ts. Brand ini tidak terbentuk begitu saja. Saya branding diri saya di berbagai sosial media. Memerlukan waktu untuk itu.

Alhamdulillah, semuanya masih dilakukan dengan sederhana dan mandiri. Tapi dengan adanya silaturrahiim (kolaburasi) dengan banyak sahabat, ibu rumah tangga seperti saya, bisa menciptakan lapangan pekerjaan bagi banyak ibu tangga lain. Sejak tahun 2008. Hingga saya pernah meraih Super Mom pada tahun 2010.

Untuk tahun 2015, saya sudah merancang mimpi dan cita-cita. Saya menuliskannya pada dream board 2015 (the must list). Serta mencatat target harian pada dalam satu bulan di metrik pencapaian. Baik untuk aktifitas menulis maupun berbisnis






Begitu banyak mimpi, kerja keras dan kerja cerdas serta berdoa, pasrah pada ketentuan-NYa. Insya Allah, Dia akan memeluk saya beserta mimpi-mimpi saya dengan kasih sayang-Nya.

Devy Nadya Aulina
HP/WA 082131149580 

Senin, 15 Desember 2014

Ingin Awet Muda? Yuk Kita Belajar Sampai Tua!

Bila kebanyakan wanita enggan menjawab bila ditanya usia. Tidak etis katanya.
Saya sendiri sih, tidak jadi masalah ditanya usia. Usia saya 41 tahun lebih 4 bulan.

"Mbak Devy masa sudah empat puluh?" 

"Iya. Memangnya disangka berapa usia saya? Saya ini sudah tua. Tapi semangat enggak mau kalah dengan yang muda."

Ha hai...

Semangat belajar saya menggebu. Walau katanya dunia internet, dunia anak kelahiran 1980-an. Saya tidak mau begitu saja kalah oleh zaman. Ingin jadi ibu-ibu gaul dan enggak gaptek.

Dunia informasi begitu cepat melesat. Tertinggal, kita bak katak di bawah tempurung. Anak-anak sekolah sudah berkembang dari era menulis tangan dengan era komputerisasi. Orang tua perlu mengerti dan faham internet.

Begitu mudahnya informasi berseliweran setiap hari, orang tua pun harus bijak. Menyaring informasi agar yang sampai pada anak-anak kita yang baik saja. Andaikan ada informasi yang tidak seharusnya sampai pada mereka, kita sebagai orang tua harus bisa menyampaikan dengan bahasa yang mudah dipahami. 

Kini melihat gadis mungil yang beranjak dewasa mahir mengutak-atik internet, itu sesuatu. Saya malah sering belajar darinya. Putri sulung saya bisa bermain gitar secara autodidak. Dia belajar dari youtube.
Rentang usia yang jauh, tak menghalangi saya belajar pada anak. Belajar pada siapa saja yang lebih muda.

Belajar dari buaian sampai tarikan nafas terakhir.
Belajar tak memandang usia. Belajar membuat kita tetap awet muda.

Sabtu, 13 Desember 2014

Creative Mompreneur And Writerpreneur

Berbekal pengalaman menjadi Sales Force selama belasan tahun sejak kuliah, saya melihat masih ada penjual (sales force) yang tidak paham tentang produk (produt knowledge).

Menjual barang tapi kurang mengerti fungsi dan benefit dari produknya. Ini cukup riskan. Karena bagaimana calon konsumen akan tertarik, kalau yang jual saja tidak paham.

Pada era serba online seperti sekarang ini, penguasaan produk dengan mendeskripsikannya dalam bentuk tulisan menjadi suatu keharusan.

Seperti kita tahu, sales marketing menjadi ujung tombak suatu perusahaan. Semakin banyak produk terjual, maka perusahaan akan semakin memberikan kesejahteraan bagi karyawannya. Juga perusahaan akan semakin berkembang.

Perusahaan besar mempunyai budget yang cukup untuk marketing.
Bagaimana dengan kita, ibu rumah tangga yang notabene masuk dalam UKM (Usaha Kecil Menengah)?

Usahakan bisa menguasai pekerjaan di semua lini. Hingga bila saatnya usaha kita berkembang, dapat mendelegasikan tugas bahkan merekrut karyawan. Bukankah tujuan menjadi Mompreneur untuk menciptakan lapangan pekerjaan bagi diri sendiri dan orang lain?

Belajar dan selalu belajar, kalau tidak mau tertinggal. Karena ilmu bisnis itu terus berkembang.


Kesuksesan untuk saya, apabila keluarga saya tetap saya rawat sendiri dan bisnis tetap berjalan. Juga dapat mengajak lebih banyak lagi ibu rumah tangga agar mempunyai penghasilan sendiri.


Selalu Bersyukur, Karunia-Nya Tiada Pernah Terukur

Sabtu pagi ceria. Setiap hari harus ceria.

Semangat sepanjang hari diawali dari dini hari.
Bersyukur dengan nafas yang masih terhirup.
Mata yang masih menyaksikan keindahan matahari pagi.
Rasa syukur akan segala karunia-Nya merupakan harta yang indah.
Bagaimana kalau hati kita digelapkan?
Kita tak dapat melihat karunia karena dibutakan dengan sikap hubud dunia (terlalu cinta dunia).

Mari kita menatap sejenak ke bawah.
Di saat kita masih bernafas secara gratis. Banyak saudara kita yang untuk bernafas saja harus membayar dengan biaya tinggi.
Oksigen yang tak terasa kita hirup, bagi saudara kita dinilai dengan keberadaan sebuah tabung O2. Masya Allah.

Di saat kita menyisakan sedikit nasi di pinggir piring.
Masih ada saudara kita yang bahkan sesuap nasi pun sulit di dapat.

Merasa cukup dengan yang sedikit. Keberkahan tiada tara.
Allah SWT akan mencukupkan dengan Rahmaan dan Rahiim-Nya.
Janji-Nya pasti.

"Barang siapa bertawakal kepada Allah, Dia akan memberi rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka." (QS. Ath-Thalaq: 2-3).

Bersyukur dan selalu bersyukur atas karunia-Nya. Nikmatnya tak akan pernah terukur.

"Barang siapa bersyukur atas nikmat-Ku, maka akan kutambah. Tapi barang siapa ingkar, maka siksa-Ku teramat pedih."

Subhanallah.

Jangan hanya mengira siksa itu hanya di neraka saja. Ditutupnya mata hati merupakan sebuah siksaan. Di saat Allah menjernihkan jiwa dan hati kita dengan cahaya-Nya. Ada yang tertutup karena hatinya dipenuhi noktah.

Astagfirullahal 'adziim.

Mari obati hati kita sebelum kita kembali untuk pergi. Bersihkan harta kita. Mungkin ada hak saudara kita yang dititipkan-Nya pada kita.

Ada yang merasa disempitkan hatinya. Obati dengan lima perkara.

Obat hati itu lima perkaranya. Yang pertama baca Qur'an dan maknanya. Yang kedua, sholat malam dirikanlah. Yang ketiga berkumpulalah dengan orang holeh. Yang keempat, perbanyaklah berpuasa. Yang kelima, perbanyaklah dzikir malam (sholat lail).

Insya Allah, Dia akan mendengar dan menjawab doa-doa kita.


Senin, 08 Desember 2014

I Like Monday And Everyday.


Senin pagi adalah hari yang sibuk. Sama dengan hari lainnya.
Dengan disiplin waktu yang sudah menjadi kebiasaan. Pagi hari menjadi me time, bukan hal yang mustahil bagi saya.


Sebelum subuh, urusan domestik sudah selesai. Badan sudah rapi dan bersih. Suami dan anak-anak sudah sarapan. Si Bungsu pun sudah saya antar ke sekolah. Tinggal Si Sulung, yang masuk pukul 11.00 WIB. Nanti diantarkan sekalian jemput Si Bungsu.

Saya terbiasa bekerja dan menulis dengan suasana yang sunyi. Rasanya ide-ide berhamburan ingin segera dituliskan.

Merapikan to do list dalam agenda harian. Juga merancang kegiatan harian untuk tahun 2015 dalam Action Plan Book. Agenda harian dengan warna soft blue (biru lembut). Mudah dan ringan dibawa dalam tas bila bepergian. Pinsil memudahkan pencatatan dan bisa dihapus apabila ada kekeliruan.









Merapikan Business Plan Devita Collections dan Sambal Pecel "Mbak Vy"



Manusia punya rencana, Tuhan jualah yang menentukan. Ikhtiar dan berusaha dengan bekerja yang jujur merupakan kewajiban. Pasrah dan ikhlas akan ketentuan Allah SWT. Insya Allah, saya yakin Allah SWT akan memeluk mimpi-mimpi saya dengan kasih sayang-Nya.

Devy Nadya Aulina
WA 089680289255
BBM 7449EC4F

‪#‎Creative‬ Mompreneur and writerpreneur (work at home)
#‎ActionPlanSuccess‬