Selasa, 31 Januari 2017

Mengukir Sejarah Dengan Menulis

"Bila kau bukan anak raja ataupun anak ulama besar, maka menulislah." (Imam Al-Ghazali)

Seorang raja, ia akan mengukir sejarah melalui dinasti dan anak keturunannya. Dengan sendirinya,ia akan tercatat oleh sejarah. Begitupun ulama-ulama besar, beliau dikenal karena ilmunya. Apalagi ilmu itu kemudian dituliskannya. Yang kemudian mengharumkan nama dan karyanya sepanjang masa. Walaupun mereka sudah tiada.

Bagaimana dengan kita, yang secara keturunan hanya rakyat biasa? Turunan ulama bukan, apalagi turunan ulama besar.

Imam Ghazali telah menasihati kita untuk menulis. Karena dengan menulis, kita akan menjejakkan pena sejarah. Melahirkan karya yang kelak akan dibaca oleh anak-cucu bahkan khalayak. Apalagi bila tulisan itu berisi ilmu bermanfaat. Kelak akan menjadi warisan dan amal tak terputus bagi penulisnya.

Seperti ulama-ulama besar Islam saat itu. Mereka kebanyakan bukan dari keturunan raja ataupun ulama. Tetapi mereka mengukir sejarah karena ilmu yang dituliskan, dan kemudian menjadi rujukan. Bukan hanya dalam dunia Islam, tetapi seluruh dunia mengakui karya tulisnya.

Siapa yang tidak kenal Ibnu Rusyd (Ave Rush), Ibu Sina (Ave Shein), Al-Jabar -yang kemudian ilmunya menjadi salah satu bidang ilmu dalam matematika-.

Tidak ada kata terlambat untuk mengukir sejarah kita. Mari mulai menulis dari sekarang. Menulis bukanlah bakat, tapi proses belajar dan latihan terus-menerus. Semua orang dan profesi bisa jadi seorang penulis. Asalkan mau atau tidak.

Mari menorehkan sejarah! Kita tumbuhkan dan kembangkan dunia literasi.  Menarikan jemari kita untuk berbagi kebaikan dan manfaat melalui tulisan.

Devy Nadya Aulina
(Mompreneur and Writerpreneur - work at home)

Nganjuk, 31 Januari 2017.

#DevyNadyaAulina
#Mompreneur
#Writerpreneur
#Momwriter
#Penulis
#RumahProduktif
#GriyaKreatifDeyalina
#MenulisDariHPItuAsyik