Minggu, 25 Desember 2016

MARKETING-SELLING-BRANDING

Pada suatu komunitas bisnis di grup WA, ada teman yang share foto ini. Meminta untuk dibahas karena kesulitan memahaminya.

Yang pertama menjadi catatan saya, kata-kata bahasa Inggris warna merah, kuning dan biru jangan saklek diartikan dalam bahasa Indonesia. Memang akan terkesan kaku. 

Kalau saya menerjemahkannya seperti ini:
 1. MARKETING atau pemasaran tujuannya adalah mengembangkan pasar (market). 
Tugasnya menciptakan permintaan (Demand). Membuat calon prospek (cold prospek) menjadi calon pembeli (warm prospek). 

2. Penjualan (Selling) tujuannya OMZET. Saya sendiri target bukan di omset, tapi profit. Membuat calon pembeli (warm prospek) menjadi konsumen setia (Hot Consumers) dengan teknik closing. Teknik closing ini ada pembahasan tersendiri, dan beragam caranya. 

3. Branding tujuannya Branding Loyalty. Maksudnya kita ingin dikenal sebagai apa. Baik Personal Branding maupun Product Branding. Ini yang akan melekat pada diri kita dan produk kita. 

Misal: Devy Nadya Aulina, personal brandingnya Mompreneur And Writerpreneur. Product Branding-nya "MBAK VY" untuk kuliner, dan "DEYALINA" untuk produk jasa dan craft. Tugasnya menciptakan pelanggan. Membuat calon pelanggan menjadi pelanggan setia.

Kuncinya: Kalau saya menciptakan komunikasi dengan cold dan warm prospek. Hingga mereka menjadi Loyalty Costumer. 

 *Note by: Devy Nadya Aulina*

Rabu, 07 Desember 2016

Pelatihan Kewirausahaan dan Manajemen Usaha (Hari Kedua)

Hari kedua menjadi narasumber Pelatihan Kewirausahaan dan Manajemen Usaha. Kali ini bertempat di Balai Desa Pakuncen Kecamatan Patianrowo. Masih memberikan materi tentang pemasaran untuk IKM.

Kali ini tantangan yang dihadapi oleh para peserta pelatihan adalah:
1. Rasa takut untuk memulai usaha. Khawatir jualannya tidak laku. Padahal belum mencoba.
==> Perlu mengubah mindset (cara berfikir), dan ini kembali pada pribadi masing-masing. Karena motivasi terkuat ada pada diri sendiri.

2. Belum tahu potensi yang ada pada dirinya, hingga belum tahu produk apa yang akan dihasilkan untuk dijual.
==> Saya tanyakan apa hobi atau kesukaan peserta pelatihan. Ini bisa jadi peluang usaha.
Seperti sering saya tuliskan, potensi lokal ada dua. Salah satunya potensi lokal dari dalam diri.

3. Belum mengetahui potensi lokal daerahnya.
Ini yang akan menjadi produk unggulan dari daerah tersebut.

Sebelumnya saya menyimak pemaparan dari Ibu carik Desa Pakuncen, bahwa desa ini memiliki visi dan misi sebagai "Desa Wisata Religi". Dan dari pemaparan salah seorang warganya yang aktif di Karang Taruna, bahwa mereka baru menyiapkan fisik dan prasarana. Seperti, pembangunan gapura, masjid, makam sesepuh yang akan diziarahi sebagai tujuan wisata religi.

Kendala yang disampaikan, belum adanya pengurus, buku tamu dan belum tertib. Intinya belum terorganisir dengan baik.

Cita-cita dengan visi dan misi sebagai Desa Wisata Religi, tentunya dalam waktu dekat akan mendapatkan kunjungan dari luar. Para wisatawan sejarah dan para peziarah biasanya akan membawa buah tangan khas daerah yang dikunjungi.

Rencana ini baru mendapat sambutan dari seorang bapak yang kebetulan mempunyai usaha sablon. Untuk ditindaklanjuti, desa ini belum mempunyai produk kuliner khas sebagai khas. Yang penulis sekaligus narasumber ketahui, desa ini identik dengan Pondok Pesantren, yang mempunyai usaha jamu Al-Qomar. Produk makanan khas lain belum ada.

Disarankan untuk mulai membuat produk dari bahan baku yang cukup mudah didapat. Kuliner atau makanan khas tradisional. Akhirnya setelah digali, mereka punya usulan beberapa produk makanan/camilan tradisional.

Masih perlu pendampingan berkesinambungan dan adanya sinergi antara masyarakat, perangkat desa dan instansi terkait untuk dapat melesatkan potensi terpendam dari Desa Pakuncen ini. Untuk mewujudkan"Desa Wisata Religi".

Devy Nadya Aulina.
Selasa, 6 Desember 2016.
Desa Pakuncen, Kecamatan Patianrowo, Kabupaten Nganjuk.

Senin, 28 November 2016

Mengisi Kelas Jurnalistik Untuk Remaja

Minggu, 27 Nopember 2016 mengisi materi Kepenulisan (Jurnalistik Untuk Remaja). 

Bertempat di Perpustakaan Daerah Kabupaten Nganjuk. Pukul 09.00 - 12.00 WIB. Peserta siswa-siswi Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTs Negeri) Nganjuk.


Anak-anak ini mengikuti kegiatan ekstra kurikuler jurnalistik (memotret) dan kepenyiaran. Jurnalistik sendiri tidak pernah lepas dari kegiatan tulis-menulis. Untuk itu, di kelas ini saya memberikan teknik dasar bagaimana mendapatkan ide dan mengembangkannya, menulis dan publik speaking (teknik berbicara di depan publik).


Dari kegiatan ini, diharapkan anak-anak remaja dapat menumbuhkan rasa percaya diri, juga berani mengeluarkan pendapat dalam bentuk tulisan dan lisan. Selain itu untuk mereka yang suka memotret, saya sarankan diperkuat dengan tulisan untuk menjadi feature yang lebih hidup.


Kelas ini diharapkan juga dapat menemukan dan menyalurkan potensi dasar remaja dalam bidang jurnalistik yang meliputi banyak hal. Reportase, kepenyiaran, kepenulisan (menulis dan editing) dan publik speaking.


Devy Nadya Aulina
(Mompreneur and Writerpreneur)

Selamat Hari Guru, 25 Nopember 2016



Di antara masa-masa sekolah, saya paling terkesan saat sekolah dasar. Di sini bakat menulis dan public speaker saya sudah mulai lebih terasah. Dan saya sangat berterima kasih pada Ibu Elis yang begitu suport. Beliau wali kelas saat saya kelas 3 SD di SD Priangan Bandung.
Masih teringat betul, saya dan sahabat saya Ratih Melia yang sering disuruh membaca dengan gaya reporter. Bu Elis juga yang menunjuk saya untuk menjadi MC pada perayaan hari ibu. Beliau pula yang melihat bakat saya untuk menulis puisi dan cerita.
Bu Elis, saya begitu merindukanmu. Semoga Ibu sehat dan bahagia selalu.
Selain Bu Elis, wali kelas tiga, Bu Lien guru yang membawa kesan tersendiri untuk.saya. Bu Lien, beliau guru keterampilan/prakarya kami. Beliau mengajari kami aneka tusuk dasar menyulam.Walaupun bukan guru TK dan SD yang mengajari saya menulis. Masa-masa indah saat SD begitu membekas. Saat-saat belajar di sekolah yang tidak terlalu padat. Hinga kami masih punya banyak waktu di rumah. Untuk bermain sepuas-puasnya, juga belajar mengaji.
Kakak sepupu saya Teh Endang, yang saya panggil Teta, juga Pah Nadi, kakak Mama, yang sangat berjasa mengajari saya membaca huruf latin. Saat itu saya masih duduk di bangku Taman Kanak-kanak. Teta dan Pah Nadi ini rajin mendongeng untuk saya dan kedua adik laki-laki saya. Sampai sekarang, saya masih menjadi adik dan keponakan kesayangan mereka.
Teta dan Pah Nadi, semoga Allah ta'ala selalu menyayangi kalian.
Bi Alit, pengasuh dan pembantu rumah tangga ini, tak pernah saya lupakan jasanya. Dia yang mengajari saya membaca huruf Hijaiyah dan sholat. Membaca huruf dengan metoda Baghdadiyah (mengeja). Masih terbayang juga, saat saya menangis bila ditinggalkannya mendirikan sholat.
Selain guru-guru kesayangan tadi, guru yang paling berjasa adalah Mama dan Papa. Mama yang mengajari saya berbicara dan bisa membuat kue. Mama yang menyediakan banyak majalah anak-anak untuk kami ketiga anaknya. Mama yang memasukkan kami les berenang dan sepatu roda. Juga les tari Bali untuk mengasah bakat seni selain menyanyi dan membaca puisi. Mama juga yang melihat bakat saya untuk mengajar sejak SD.
Papa, beliau kesayangan saya. Beliau yang mengajarkan arti kasih dan tidak boleh mendendam. Papa juga yang melihat bakat saya mengajar. Beliau yang mendukung saya saat saya berkeinginan berwirausaha daripada bekerja kantoran. Papa yang tidak pernah marah, dan menjadi tempat curhat.
Mama dan Papa. Doa, peluk dan sayang selalu dari anakmu ini. Allah ta'ala senantiasa merengkuh dengan Rahmaan dan RahiimNya. Allahummagh firlii walii wallii dayya war hamhumma kamma Rabbayanii shogiroo.
Kepada guru-guruku tersayang, juga guru-guru dari anak kami Intan dan Reza. Semoga Allah ta'ala selalu memberikan limpahan kasih dan sayangNya. Aamiin.
            Selamat Hari Guru, 25 Nopember 2016.
Devy Nadya Aulina.
 


Jumat, 25 November 2016

Sedekah Harta Itu Biasa, Sedekah Darah, Itu Baru Luar Biasa



Aku melirik jam tanganku. Jarum panjang melewati angka dua belas, dan jarum pendek masih bertengger di angka delapan. Aku menepikan sepeda motor di pelataran parkir itu. Masih sepi. Ke mana teman-teman yang janji berkumpul jam delapan?

Aku menarik pintu kaca, dan mengucapkan salam. Seorang ibu yang duduk dekat pintu membalas sapaanku.

"Saya menunggu teman-teman lainnya, Bu. Kebetulan jadwal donor saya masih minggu depan," aku menjawab pertanyaannya, dan duduk setelah dipersilakan.

Beberapa menit kemudian, satu-persatu teman datang. Aku minta diperiksa saja tensiku. Alhamdulillah 110 seperti biasa.

"Kalau mau donor sekarang bisa, Bu. Enggak usah nunggu minggu depan. Saya periksa HBnya dulu, ya," kata petugas yang lain.

Senyumku untuk saudaraku yang membutukan setetes darahku. (Foto koleksi pribadi)




Alhamdulillah, bisa berbagi lagi.(Foto koleksi pribadi)


Melihat aliran darah yang mengalir ke luar. Alhamdulillah, membuatku sehat. (Foto koleksi  pribadi)

 
Alhamdulillah, syukur tak henti aku ucapkan lirih dan dalam hati. Segala puji bagiMu, ya Allah. Kau memberikanku kesehatan dan kesempatan lagi untuk berbagi. Proses pengambilan darah untukku berjalan cukup lancar dan cepat. Ini kali kesembilan selama delapan tahun aku menjadi pendonor.

Dua temanku, yang sebelumnya belum pernah donor darah, hari itu bisa berbagi. Sambil menguatkan mereka, aku katakan, donor darah itu akan membuat kita lebih sehat. Darah kita akan tergantikan sel-sel baru. Dua yang lain, masih menunggu kesempatan lain karena alasan medis.

Alhamdulillah, akhirnya bisa donor darah untuk kali pertama. Foto koleksi pribadi.

Alhamdulillah.foto koleksi pribadi. Foto koleksi pribadi


Selama ini ditolak. Alhamdulillah akhirnya bisa donor juga.  Foto koleksi pribadi


 Beberapa foto mereka dengan aksinya aku ambil. Ruang transfusi di PMI Nganjuk pagi itu terasa hangat dengan kehadiran kami.Celetukan-celetukkan lucu terlontar, untuk mengurangi ketegangan. Khususnya bagi sahabat yang pagi itu baru datang ke PMI dan menjadi pendonor.

Walaupun kali ini belum bisa donor, tapi Insya Allah bisa lain kesempatan. Foto koleksi pribadi.


Akhirnya, setelah menunggu beberapa menit tekanan darah bisa stabil dan bisa donor. Foto koleksi pribadi.
Senyum, dong. Alhamdulillah. Foto koleksi pribadi.



Tiga bulan lagi, kita kembali untuk berbagi ya, Sahabat. Semoga lebih banyak lagi sahabat yang bisa ikut. Karena setetes darahmu, membantu kehidupan untuk saudaramu yang lain.

Aksi donor darah di Unit Transfusi Darah PMI Nganjuk, bersama YUK.
 
Devy Nadya Aulina

Nganjuk, 25 Nopember 2016.
Aksi donor darah bersama YUK (Young Entrepreneur Nganjuk).



Rabu, 16 November 2016

Yang Memberi Rizki Itu Allah SWT, Bukan Karena Usahamu

Kerja sudah, usaha sudah, marketing langit dan bumi sudah. Koq, hasilnya belum sesuai yang diharapkan?
Hemmm ... ya iyalah, kalau pencapaian hanya diukur dengan pencapaian finansial.
Itu, oksigen yang dihirup apa enggak dihitung? Kesehatanmu dan keluargamu apa enggak dihitung? Silaturrahiim yang terjaga dengan keluarga dan konsumen apa enggak dihitung? Masih bisa makan, minum, pakai baju yang layak juga punya rumah untuk tempat berteduh, masih belum dihitung juga?
Terus, sering ditraktir teman itu juga bukan rezeki? Masya Allah ...
Mari menundukkan pandangan sejenak ke bawah. Sebentar ... saja.
Pernahkah melihat tukang becak yang seharian mencari penumpang tapi hanya dapat Rp10.000,00 saja? Bahkan mungkin sehari dapat segitu tapi dua-tiga hari berikutnya belum tentu dapat. Namun mereka tetap bersyukur saat bisa membeli nasi bungkus berikut air minumnya hanya seharga seribu rupiah. Bahkan mereka masih memikirkan kekuarga dan kawan-kawannya. Mereka membelikan dengan uang seadanya yang mereka punya.
Alhamdulillah, kita masih diberi kelonggaran dengan banyak rezeki dan kenikmatan. Marilah sedikit berbagi dengan menyisihkan sebagian harta kita di saat lapang maupun sempit. Insya Allah, Allah ta'ala akan membuat kita jauh lebih kaya. Kata dengan rasa syukur.
Ingin menjadi donatur tetap acara Sedekah Corner (SC) bersama kami Young Entepreneur Nganjuk? Anda dapat menyumbang nasi bungkus, air minum atau pun uang. Uang akan kami belikan lagi nasi bungkus seharga Rp7.000,00, yang kemudian akan kami jual seharga Rp1.000,00 (seribu rupiah saja) pada kaum Dhuafa.
Kegiatan ini sudah kami adakan beberapa kali, setiap hari Sabtu di Nganjuk, dengan lokasi yang berbeda-beda. Ingin menjadi donatur? Silakan menghubungi nama yang tertera di banner ini.
Jazakallahu khoiron katsiron.