Pada bulan Dzulhijah seperti saat ini, undangan resepsi pernikahan biasanya sangat banyak. Bahkan dalam satu hari kami bisa menerima beberapa undangan. Kalau waktunya bersamaan apalagi tempatnya berjauhan, dipastikan kami hanya menitip 'buwuhan'. Istilah lokal untuk menyebut tanda kasih sayang pada pihak pengundang.
Sudah biasa juga kalau di Nganjuk, bila undangan pulang diberi satu kotak kue. Jarang ada yang memberi cenderamata berupa hiasan.
Tapi kemarin, saat saya diajak suami menghadiri undangan resepsi/walimahan pernikahan relasi kerjanya, saya suka sekali. Saat masuk dan menyalami pagar ayu, di meja tamu tersedia sovenir beberapa pot tanaman hias.
Waaah... ini untuk saya surprise sekali.
Waaah... ini untuk saya surprise sekali.
Saya melirik, cenderamata itu banyak berupa tanaman puring dengan beberapa jenis. Hemmm... kalau boleh dikasih sepuluh, enggak bakalan nolak deh.
Saat hendak pulang, saya tersenyum pada pagar ayu. Dia pun menyapa, "Ada titipan, Bu?"
"Oh enggak ada, Mbak. Apa bisa dapat dua?"
Dia tersenyum dan menyerahkan tas kertas berisi satu pot puring keriting.
Saya bertanya, "Yang itu tanaman apa, Mbak?
"Maaf, Bu. Saya kurang tahu tentang tanaman. Apa mau ditukar?" Pagar Ayu itu balik bertanya.
Reza yang ikut bersama kami melirik dan berkata, "Bunda, aku ingin yang ini."
Seraya menunjuk pot berisi tanaman hijau. Walaupun tak tahu nama tanaman itu, tapi saya tahu tanaman itu berbunga putih.
Seraya menunjuk pot berisi tanaman hijau. Walaupun tak tahu nama tanaman itu, tapi saya tahu tanaman itu berbunga putih.
Akhirnya puring keriting berganti tanaman berdaun hijau kecil-kecil.Kami pun pulang.
Seandainya setiap cenderamata memberikan satu pot tanaman, akan tampak sedikit hijau pekarangan.
"Kan enggak setiap orang suka tanaman seperti kamu, Neng," kata suami.
Kami pun pulang dengan membawa tanaman hias yang belum saya punya. Kembali menembus siang yang panas menyengat.
#MenulisDariHP
di tempat saya belum ada yang kasih gini....mihil mak....
BalasHapusIni bisa jadi lahan bisnis, Mak Enci.
HapusKeren sauvenirnya. Baru kali ini tahu ada souvenir model gini
BalasHapusKalau di kota tempat saya tinggal sekarang memang baru, Mbak Ika. Kalau di kota besar seperti Bandung dan Jakarta sudah cukup lama.
Hapushm... hm... go green, unik & inovatif :)
BalasHapusSip. Go green. Terima kasih, sudah berkunjung, Mas Ryan.
Hapusmm..baru tahu nih. Bisa di bikin bisnis nih mba..
BalasHapusBisnisnya Mompreneur, Mbak Lily. Terima kasih ya sudah berkunjungg.
Hapustanaman sebagai cenderamata acara memang patut ditiru ya... bikin senang yang menerima, awet untuk dikenang karena sesuatu yang hidup dan indah untuk pajangan, dan bikin lingkungan semakin asri kalo semua melakukan itu. nice posting mba Devy :)).
BalasHapusTerima kasih Mbak Novi.
HapusWuiih..bagus bener cenderamatanya..bisa ditiru nih..hi..hi..makasih udah di share mbak :D
BalasHapusYang bagus pantas ditiru, Teh Nurul. Tadi pagi saya sudah memisahkan beberapa tanaman hias indukan. Bisa untuk cenderamata ataupun dijual.
HapusTerima kasih sudah berkunjung ya.
Kreatif dan sayang linkungan yaa..bisa ditiru niih..:) mksi Mb infonya ..
BalasHapusSama-sama, Ummi Aleeya.
HapusTeteh Devy.... kalau yang ini beneran sesuai dengan program Go Green nih, terutama di kota, yang makin panas gini, banyak polusina.
BalasHapusTeh Devy kumaha kabarna?
Terakhir kita ketemu di undangan IIDN Miracle Aesthetic Surabaya, ya?
Ingat saya, Teh? Hihihii...
Alhamdulillah, sehat Mbak Ummi. Masih ingat dong. Kita sama-sama make over kan waktu itu? ^_^
HapusSalam kenal, Bu. Saya pengin komen karena pernah punya pengalaman serupa heheh. Bedanya kalau saya dapat kaktus. Jatahnya, sih, cuma satu pot aja, tapi karna dikasih sama sesama tamu undangan, jadilah saya pulang bawa sepasang kaktus lucu.
BalasHapusSalam kenal, Mbak Ratri.
HapusOya, untuk kota besar seperti Bandung dan Jakarta, yang seperti ini sudah lama digalakkan. Saya pun pernah diberi kaktus oleh Mama saya. Cenderamata dari acara pernikahan. Kaktus kecil itu ditaruh dalam pot mungil dan dimasukkan dalam tabung mika. Cantik sekali.
Terima kasih ya Mbak, sudah berkunjung.
mb Devy tinggal di mn kini?
BalasHapusSaya tinggal di Kabupaten Nganjuk, Mbak Agustina.
Hapussalam kenal Mba Devy. saya jd ingat arahan Pak Gubernur Ganjar, "kalo bs tiap ada yg nikah, harus menanam satu pohon kalo hendak bercerai harus 10xnya ... "
BalasHapushebat euy yg ngadakan hajatan ini, pasti punya ratusan bibit siap tanam ya :)
Hai, salam kenal Mbak Ketty.
HapusYang punya hajatan tidak punya ratusan bibit tanaman. Dia membelinya. Nah ini bisa menjadi peluang bisnis, lho.