Banyak yang bertanya, khususnya sahabat-sahabat dan kerabat di Bandung. Mengapa saya mau pindah dari kota besar ke kota kecil. Dari kota yang sarat kreatifitas ke kota yang sedang ingin menggeliat.
Saya akui di kota di mana saya dilahirkan dan dibesarkan, banyak kemudahan dan jaringan yang memudahkan langkah saya. Namun saya lebih memilih berbakti pada suami. Saya harus melayani keperluan suami dan anak-anak, dengan tangan saya sendiri.
Tidak bisa saya bayangkan bila saya mementingkan diri saya sendiri. Saya mengembangkan potensi diri dengan meninggalkan tanggung jawab. Saya di Bandung dan keluarga saya di Nganjuk. Walaupun suami mengizinkan, saya tidak tega pada anak-anak.
Walaupun berjalan dalam kesederhanaan tanpa berlari. Tidak terenggah bukan berarti pasrah. Suami mengajarkan untuk urusan dunia kami harus melihat ke bawah. Agar hidup penuh rasa syukur dan merasa cukup dengan segala karunia-Nya.
Saya teringat sebuah nasihat bijak. Bila dunia menjadi tujuan, kehidupan ibarat meminum air laut. Asin, bukan hilang rasa dahaga. Semakin haus yang dirasa.
Bukan kami tak ingin kaya. Tapi kaya hati akan terasa lebih sejuk daripada kaya harta. Menggali hikmah dari samudera kehidupan. Agar hidup yang sekali terasa lebih bermakna.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar