Kemarin
siaturrahiim dengan beberapa sahabat. Saya selalu menjalin silaturrahiim dengan
mereka yang terputus. Seandainya ada kesalah pahaman bisa diluruskan dengan
bertabayyun.
Dari
percakapan itu, saya merasa harus semakin pandai bersyukur. Ternyata selama ini
dari kita banyak sawang-sinawang. Melihat rumput tetangga lebih hijau dari
tanaman di rumah sendiri. Tetangga pun melihat hal yang sama dengan kita.
Apapun
bila tak disyukuri, manusia selalu saja merasa kurang. Sudah mendapatkan satu ingin mendapatkan yang lain. Tak pernah
merasa puas.
Lautan
hikmah kehidupan begitu dalam dapat diselami. Kita bisa belajar dari siapa
saja, bahkan dari seorang anak kecil. Semua berpasangan dan berputar. Tak ada
yang abadi. Ada pasang dan surut, hitam dan putih, suka dan duka, bangkit dan
jatuh.
Banyak
manusia membangun mimpi dan berhasil mewujudkannya. Namun semua itu tak akan
terjadi bila tak ada campur tangan Sang Pemilik Kehidupan. Semua atas izin
Allah SWT.
Manusia
seringkali tak sabar menjalani tahapan kehidupannya. Dicoba dengan ujian,
langsung terpuruk. Padahal bila ia sabar dan mencoba bangkit, Allah akan
mengangkat derajatnya ke tingkat yang lebih tinggi.
Diingatkan
tausyiah seorang Ustadz beberapa waktu lalu.
"Hidup
itu ada di antara waktu sholat ke waktu sholat lainnya. Bekerja itu pengisi
waktu di antara waktu sholat."
"Tidak
Aku ciptakan jin dan manusia, hanya semata untuk beribadah kepadaKu,"
firman Allah dalam Al-Qur'an.
Dunia
bagi orang beriman seperti menggenggam bara api. Mengejarnya seperti meminum
air laut. Bertambah haus bila meneguknya.
Bersyukur
... bersyukur dan bersyukur. Maka Allah akan mencukupkan nikmat-Nya dan akan
ditambah-Nya.