Alhamdulillah, saya tidak pernah berhubungan dengan yang namanya: top up, restruct, rescedule, Bank Titil, rentenir, KUR dan leasing. Bisnis atau usaha kuliner saya pun dimulai tanpa pinjaman apa pun, tapi dari sedikit tabungan yang ada. Juga memanfaatkan peralatan dapur yang ada dan sangat sederhana.
Bisnis saya bertumbuh secara organik tapi sehat. Tidak terlihat wah dari luar, namun keropos secara finansial dari dalam. Demikian juga bisnis kepenulisan yang saya jalankan sudah empat tahun lebih, dimulai dari HP jadul, hingga bisa membeli laptop dan smartphone sendiri. Semua serba organik.
Memulai sesuatu dengan Bismillaahirrahmaanirrahiim, diniatkan untuk ibadah dan berbagi kebaikan dan manfaat bagi sesama. Keberkahan dan ridla Allah SWT yang kami cari, itu sudah cukup dan membuat kami merasa kaya. Kaya dengan bersyukur dan menerima apa yang Allah SWT karuniakan kepada kami sebagai rezeki.
Keluarga yang sehat, anak-anak yang tumbuh dengan cerdas merupakan rezeki tak ternilai bagi kami. Kami bisa tetap makan dengan lauk sederhana setiap hari, itu harta bagi kami.
Terkadang juga kami tersilap dengan fatamorgana dunia maya. Namun kembali kami diingatkan hakikat untuk apa kami diciptakan. Tak lebih untuk beribadah kepadaNya, dan dunia ibarat tempat untuk mampir beristirahat dan minum.
Bisnis hendaknya kita jadikan sarana untuk lebih mendekatkan diri padaNya, bukan malah membuat Allah SWT murka karena apa yang kita lakukan melanggar perintahNya.
Tugas kita, berikhtiar dengan keikhlasan, berdoa dan tawakal, untuk hasil akhirnya ada pada iradah-Nya.
Kota Angin, 3 April 2018.
kereeeen mbak vy...
BalasHapusBismilah, baru buka blog mba vy, dan terinspirasi banget, terima kas
BalasHapusih mba vi