Laman
▼
Laman
▼
Jumat, 29 Maret 2013
Move On And Move Up
Kalau saya ditanya, sejak kapan saya suka
menulis? saya menjawab sejak SD kelas 2. Berawal dari menulis puisi,
walaupun mulai mengirimkan pada media baru kelas 6 SD (1985-1986).
Juga ketika saya ditanya, kapan saya berbisnis? Saya akan menjawab sejak SD, tepatnya kelas 4 (1983-1984) dengan berjualan sticker (gambar tempel) atau barter dengan teman-teman.
Kelas 1 SMP ikut-ikutan berjualan puding buatan sendiri, walaupun sedikit yang laku dan dapat tantangan dari ibu saya yang melarang saya berjualan. Bila teman-teman menjual kue-kue buatan ibu mereka, saya karena selalu ingin mencoba berjualan jajanan buatan sendiri.
Aktifitas menulis puisi dan dikirim ke media terhenti pada 1992, ketika saya lulus SMA. Tetapi saya menulis untuk diri saya sendiri. Sayangnya banyak yang tidak terdokumentasikan.
Berjualan saya mulai lagi ketika kuliah, menerima pesanan tas rajut dan chese cake, black forest dari karyawan kampus, tetangga dan family. Membuat penganan yang saya titipkan di kantin kampus.
Terhenti karena menikah dan mengandung anak pertama, berbisnis dan menulis saya mulai lagi ketika putri sulung saya berusia 2 tahun (2003). Saya mengikuti lomba menulis resep yang Alhamdulilah 2 kali mengikuti semua menang dan dapat hadiah produk yang untuk ukuran saya lumayan mahal ketika itu.
Untuk berbisnis pun putri saya, saya ajak naik turun bis dari Nganjuk-Kediri. Ketika pulang putri saya dalam gendongan di tangan kiri dan kresek besar dalam tentengan tangan kanan.
Suka dan duka, tentu saja mewarnai perjalanan saya menulis dan berbisnis. Menulis sempat terhenti lama karena saya hanya bermodal alam (tulisan tangan). Ketiadaan fasilitas membuat saya merasa tertinggal jauh dan gaptek. Tapi apakah saya harus menyerah karena keadaan? Tidak! Tidak ada kata terlambat untuk belajar dan ingin maju.
Bahkan Allah SWT menjanjikan derajat yang lebih tinggi pada hamba-NYA yang bergerak menimba ilmu.
Pun ketika saya harus menghadapi cibiran dan tatapan sebelah mata.
"Mbak, koq suaminya PNS mau jualan keliling?"
Lho... kalau istri PNS apa tidak boleh jadi sales (berjualan keliling) ? Duka lainnya, pernah jualan saya jatuh di jalan, dan ketika saya kembali barang itu sudah tidak ada. Menangis? Jangan ditanya lagi. Dengan menangis membuat saya lebih lega. Bagaimana tidak menangis, uang modal untuk berjualan itu saya dapat meminjam. Belum untung, malah rugi dua kali karena barang hilang.
Apakah kerugian, jatuh berkali-kali membuat saya berhenti?
Sekali lagi saya katakan tidak! Bila saya berhenti, tentu saja ada yang senang. Tapi saya tidak akan berhenti untuk pekerjaan yang saya suka dan saya cinta serta merintisnya dengan susah payah.
Di balik kesulitan pasti ada kemudahan. Janji-NYA pasti. Silaturrahiim menjadi kekuatan saya dalam mengembangkan bisnis. Walaupun masih dilakukan off line, saya senang karena hubungan yang terjaga selama 10 tahun, 5 tahun tetap terjaga.
Ada yang datang dan pergi.
Patah tumbuh hilang berganti.
Mati satu tumbuh seribu.
Lakukan dengan cinta menjadi semangat untuk terus maju.
Kota Angin, 25 Maret 2013.
Devy Nadya Aulina
Juga ketika saya ditanya, kapan saya berbisnis? Saya akan menjawab sejak SD, tepatnya kelas 4 (1983-1984) dengan berjualan sticker (gambar tempel) atau barter dengan teman-teman.
Kelas 1 SMP ikut-ikutan berjualan puding buatan sendiri, walaupun sedikit yang laku dan dapat tantangan dari ibu saya yang melarang saya berjualan. Bila teman-teman menjual kue-kue buatan ibu mereka, saya karena selalu ingin mencoba berjualan jajanan buatan sendiri.
Aktifitas menulis puisi dan dikirim ke media terhenti pada 1992, ketika saya lulus SMA. Tetapi saya menulis untuk diri saya sendiri. Sayangnya banyak yang tidak terdokumentasikan.
Berjualan saya mulai lagi ketika kuliah, menerima pesanan tas rajut dan chese cake, black forest dari karyawan kampus, tetangga dan family. Membuat penganan yang saya titipkan di kantin kampus.
Terhenti karena menikah dan mengandung anak pertama, berbisnis dan menulis saya mulai lagi ketika putri sulung saya berusia 2 tahun (2003). Saya mengikuti lomba menulis resep yang Alhamdulilah 2 kali mengikuti semua menang dan dapat hadiah produk yang untuk ukuran saya lumayan mahal ketika itu.
Untuk berbisnis pun putri saya, saya ajak naik turun bis dari Nganjuk-Kediri. Ketika pulang putri saya dalam gendongan di tangan kiri dan kresek besar dalam tentengan tangan kanan.
Suka dan duka, tentu saja mewarnai perjalanan saya menulis dan berbisnis. Menulis sempat terhenti lama karena saya hanya bermodal alam (tulisan tangan). Ketiadaan fasilitas membuat saya merasa tertinggal jauh dan gaptek. Tapi apakah saya harus menyerah karena keadaan? Tidak! Tidak ada kata terlambat untuk belajar dan ingin maju.
Bahkan Allah SWT menjanjikan derajat yang lebih tinggi pada hamba-NYA yang bergerak menimba ilmu.
Pun ketika saya harus menghadapi cibiran dan tatapan sebelah mata.
"Mbak, koq suaminya PNS mau jualan keliling?"
Lho... kalau istri PNS apa tidak boleh jadi sales (berjualan keliling) ? Duka lainnya, pernah jualan saya jatuh di jalan, dan ketika saya kembali barang itu sudah tidak ada. Menangis? Jangan ditanya lagi. Dengan menangis membuat saya lebih lega. Bagaimana tidak menangis, uang modal untuk berjualan itu saya dapat meminjam. Belum untung, malah rugi dua kali karena barang hilang.
Apakah kerugian, jatuh berkali-kali membuat saya berhenti?
Sekali lagi saya katakan tidak! Bila saya berhenti, tentu saja ada yang senang. Tapi saya tidak akan berhenti untuk pekerjaan yang saya suka dan saya cinta serta merintisnya dengan susah payah.
Di balik kesulitan pasti ada kemudahan. Janji-NYA pasti. Silaturrahiim menjadi kekuatan saya dalam mengembangkan bisnis. Walaupun masih dilakukan off line, saya senang karena hubungan yang terjaga selama 10 tahun, 5 tahun tetap terjaga.
Ada yang datang dan pergi.
Patah tumbuh hilang berganti.
Mati satu tumbuh seribu.
Lakukan dengan cinta menjadi semangat untuk terus maju.
Kota Angin, 25 Maret 2013.
Devy Nadya Aulina
Kamis, 28 Maret 2013
Semangat lagi... nulis lagi...
Setelah
satu bulan tidak menulis di blog (masih trauma karena 2 postingan yang hilang
itu) ditambah tampilan blog yang belum rapi, saya berpikir kalau begini terus
kapan saya konsisten dengan cita-cita saya untuk menjadi seorang penulis?
Blog memang
salah satu media untuk kita menuangkan buah pikiran, baik berupa curahan hati,
cerita keseharian aktifitas kita, atau apapun yang ingin kita tuliskan.
Walaupun ini media baru untuk saya menulis selain media kertas, telepon geggam
dan arsip tulisan di Ms Word. Saya tetap harus semangat mencoba terus, dengan
terus up date tulisan supaya ide yang berhamburan bisa tertuangkan dan
terdokumentasikan.
Kadang saya
’iri’ juga melihat tampilan blog teman-teman yang sudah rapi dan sering
mengikuti kontes blog. Hemm... saya kapan ya bisa begitu? Tapi saya melihat
teman-teman yang rajin mengikuti kontes, mereka yang sudah lama jadi blogger.
Pantas saja mereka bisa menang, karena tertempa pengalaman dan memang tulisan
mereka layak untuk menang. Ini yang saya dapatkan ketika blog walking.
Beruntung saya termasuk rajin blog walking (walaupun sering tidak bisa
meninggalkan jejak), banyak ilmu yang saya dapatkan dari membaca postingan
teman-teman blogger.
Satu bulan
tidak menulis, tentu saja banyak ’rapelan tulisan’. Biasanya saya tuliskan di buku agenda,
telepon genggam seperti kebiasaan saya selama ini. Untuk tampilan blog,
belakangan saja deh. Daripada pusing memikirkan tampilan blog yang masih sangat
sederhana, nanti malah tidak jadi terus menulisnya.
Semangat
lagi... nulis lagi. Yuuuuk...